Kamis, 21 Februari 2013

Tanda Baca


Tanda Titik ( . ) 

1. Tanda titik dipakai pada akhir kalimat yang bukan pertanyaan atau seruan. Contoh: Saya suka makan nasi. Apabila dilanjutkan dengan kalimat baru, harus diberi jarak satu ketukan.
 

2. Tanda titik dipakai pada akhir singkatan nama orang.
 

Contoh:
 

* Irwan S. Gatot
 

* George W. Bush
 

Apabila nama itu ditulis lengkap, tanda titik tidak dipergunakan. Contoh: Anthony Tumiwa
 

3. Tanda titik dipakai pada akhir singkatan gelar, jabatan, pangkat, dan sapaan. Contoh:
 

* Dr. (doktor) * S.E. (sarjana ekonomi) * Kol. (kolonel) * Bpk. (bapak)
 

4. Tanda titik dipakai pada singkatan kata atau ungkapan yang sudah sangat umum. Pada singkatan yang terdiri atas tiga huruf atau lebih hanya dipakai satu tanda titik.
 

Contoh:
 

* dll. (dan lain-lain)
 

* dsb. (dan sebagainya)
 

* tgl. (tanggal)
 

* hlm. (halaman)
 

5. Tanda titik dipakai untuk memisahkan angka jam, menit, dan detik yang menunjukkan waktu atau jangka waktu.
 

Contoh:
 

* Pukul 7.10.12 (pukul 7 lewat 10 menit 12 detik)
 

* 0.20.30 jam (20 menit, 30 detik)
 

6. Tanda titik dipakai untuk memisahkan bilangan ribuan atau kelipatannya. Contoh: Kota kecil itu berpenduduk 51.156 orang.
 

7. Tanda titik tidak dipakai untuk memisahkan bilangan ribuan atau kelipatannya yang tidak menunjukkan jumlah.
 

Contoh:
 

* Nama Ivan terdapat pada halaman 1210 dan dicetak tebal.
 

* Nomor Giro 033983 telah saya berikan kepada Mamat.
 

8. Tanda titik tidak dipakai dalam singkatan nama resmi lembaga pemerintah dan ketatanegaraan, badan atau organisasi, serta nama dokumen resmi maupun di dalam akronim yang sudah diterima oleh masyarakat.
 

Contoh:
 

* DPR (Dewan Perwakilan Rakyat)
 

* SMA (Sekolah Menengah Atas)
 

* PT (Perseroan Terbatas)
 

* WHO (World Health Organization)
 

* UUD (Undang-Undang Dasar)
 

* SIM (Surat Izin Mengemudi)
 

* Bappenas (Badan Perencanaan Pembangunan Nasional)
 

* rapim (rapat pimpinan)
 

9. Tanda titik tidak dipakai dalam singkatan lambang kimia, satuan ukuran, takaran, timbangan, dan mata uang.
 

contoh:
 

* Cu (tembaga)
 

* 52 cm
 

* l (liter)
 

* Rp350,00
 

10. Tanda titik tidak dipakai pada akhir judul yang merupakan kepala karangan, atau kepala ilustrasi, tabel, dan sebagainya.
 

contoh:
 

* Latar Belakang Pembentukan
 

* Sistem Acara
 

* Lihat Pula
 

Tanda Koma (,)
 

1. Tanda koma dipakai di antara unsur-unsur dalam suatu pemerincian atau pembilangan. Contoh: Saya menjual baju, celana, dan topi. Contoh penggunaan yang salah: Saya membeli udang, kepiting dan ikan.
 

2. Tanda koma dipakai untuk memisahkan kalimat setara yang satu dari kalimat setara yang berikutnya, yang didahului oleh kata seperti, tetapi, dan melainkan. Contoh: Saya bergabung dengan Wikipedia, tetapi tidak aktif.
 

3a. Tanda koma dipakai untuk memisahkan anak kalimat dari induk kalimat apabila anak kalimat tersebut mendahului induk kalimatnya. Contoh:
 

* Kalau hari hujan, saya tidak akan datang.
 

* Karena sibuk, ia lupa akan janjinya.
 

3b. Tanda koma tidak dipakai untuk memisahkan anak kalimat dari induk kalimat apabila anak kalimat tersebut mengiringi induk kalimat. Contoh: Saya tidak akan datang kalau hari hujan.
 

4. Tanda koma dipakai di belakang kata atau ungkapan penghubung antara kalimat yang terdapat pada awal kalimat. Termasuk di dalamnya oleh karena itu, jadi, lagi pula, meskipun begitu, akan tetapi. Contoh:
 

* Oleh karena itu, kamu harus datang. * Jadi, saya tidak jadi datang.
 

5. Tanda koma dipakai di belakang kata-kata seperti o, ya, wah, aduh, kasihan, yang terdapat pada awal kalimat. contoh:
 

* O, begitu.
 

* Wah, bukan main.
 

6. Tanda koma dipakai untuk memisahkan petikan langsung dari bagian lain dalam kalimat. Contoh: Kata adik, "Saya sedih sekali".
 

7. Tanda koma dipakai di antara (i) nama dan alamat, (ii) bagian-bagian alamat, (iii) tempat dan tanggal, dan (iv) nama tempat dan wilayah atau negeri yang ditulis berurutan.
 

Contoh: * Medan, 18 Juni 1984 * Medan, Indonesia.
 

8. Tanda koma dipakai untuk menceraikan bagian nama yang dibalik susunannya dalam daftar pustaka. Contoh: Lanin, Ivan, 1999. Cara Penggunaan Wikipedia. Jilid 5 dan 6. Jakarta: PT Wikipedia Indonesia.
 

9. Tanda koma dipakai di antara bagian-bagian dalam catatan kaki. Contoh: I. Gatot, Bahasa Indonesia untuk Wikipedia. (Bandung: UP Indonesia, 1990), hlm. 22.
 

10. Tanda koma dipakai di antara nama orang dan gelar akademik yang mengikutinya untuk membedakannya dari singkatan nama diri, keluarga, atau marga. contoh: Rinto Jiang, S.E.
 

11. Tanda koma dipakai di muka angka persepuluhan atau di antara rupiah dan sen yang dinyatakan dengan angka.
 

Contoh: * 33,5 m * Rp10,50
 

12. Tanda koma dipakai untuk mengapit keterangan tambahan yang sifatnya tidak membatasi. Contoh: pengurus Wikipedia favorit saya, Borgx, pandai sekali.
 

13. Tanda koma dipakai untuk menghindari salah baca di belakang keterangan yang terdapat pada awal kalimat. Contoh: Dalam pembinaan dan pengembangan bahasa, kita memerlukan sikap yang bersungguh-sungguh. Bandingkan dengan: Kita memerlukan sikap yang bersungguh-sungguh dalam pembinaan dan pengembangan bahasa.
 

14. Tanda koma tidak dipakai untuk memisahkan petikan langsung dari bagian lain yang mengiringinya dalam kalimat jika petikan langsung itu berakhir dengan tanda tanya atau tanda seru. contoh: "Di mana Rex tinggal?" tanya Stepheen.
 

Tanda Titik Koma ( ; )
 

1. Tanda titik koma dapat dipakai untuk memisahkan bagian-bagian kalimat yang sejenis dan setara. Contoh: Malam makin larut; kami belum selesai juga.
 

2. Tanda titik koma dapat dipakai untuk memisahkan kalimat yang setara di dalam suatu kalimat majemuk sebagai pengganti kata penghubung. Contoh: Ayah mengurus tanamannya di kebun; ibu sibuk bekerja di dapur; adik menghafalkan nama-nama pahlawan nasional; saya sendiri asyik mendengarkan siaran pilihan pendengar.
 

Tanda Titik Dua ( : )
 

1. Tanda titik dua dipakai pada akhir suatu pernyataan lengkap bila diikuti rangkaian atau pemerian. Contoh:
 

* Kita sekarang memerlukan perabotan rumah tangga: kursi, meja, dan lemari.
 

* Fakultas itu mempunyai dua jurusan: Ekonomi Umum dan Ekonomi Perusahaan.
 

2. Tanda titik dua dipakai sesudah kata atau ungkapan yang memerlukan pemerian.
 

Contoh: Ketua : Borgx Wakil Ketua : Hayabuse Sekretaris : Ivan Lanin Wakil Sekretaris : Irwan Gatot Bendahara : Rinto Jiang Wakil bendahara : Rex
 

3. Tanda titik dua dipakai dalam teks drama sesudah kata yang menunjukkan pelaku dalam percakapan. Contoh: Borgx : "Jangan lupa perbaiki halaman bantuan Wikipedia!" Rex : "Siap, Boss!"
 

4. Tanda titik dua dipakai (i) di antara jilid atau nomor dan halaman, (ii) di antara bab dan ayat dalam kitab-kitab suci, atau (iii) di antara judul dan anak judul suatu karangan.
 

Contoh: (i) Tempo, I (1971), 34:7 (ii) Surah Yasin:9 (iii) Karangan Ali Hakim, Pendidikan Seumur Hidup: Sebuah Studi, sudah terbit.
 

5. Tanda titik dua dipakai untuk menandakan nisbah (angka banding). Contoh: Nisbah siswa laki-laki terhadap perempuan ialah 2:1.
 

6. Tanda titik dua tidak dipakai kalau rangkaian atau pemerian itu merupakan pelengkap yang mengakhiri pernyataan. Contoh: Kita memerlukan kursi, meja, dan lemari.

...... Bersambung
memilih jenis tulisan GEN

Pemilihan genre tulisan itu disesuaikan dengan kesukaan kita pada genre tersebut. Kalaupun kita suka beragam genre seperti
 

contoh aja ane : suka action, horor, fantasi, dan sci-fi, kita pilih mana dari genre tersebut yg mudah untuk kita membuat/menulis ceritanya. Pada akhirnya genre tersebut yg akan menjadi spesialisasi kita.
 

ente suka horor terutama j-horor, thriller,zombie, dan monster. ente punya inspirator di genre horor seperti Stephen King, Junji Ito, Takashi Shimizu. Gwpun mencoba membuat cerita seperti gaya mereka yang menonjolkan situasi psikologis dan ternyata gw seneng menulis dengan gaya tersebut.
 

Kalaupun aku harus menulis genre lain seperti fantasy, drama, ataupun action; pembawaan gaya horor psikologis selalu ikut dalam penulisan cerita2 tsb
 

salah satu jenis, kita suka cerita kocak, dan suka menulis cerpen, ya gak usa muluk-muluk... ane ambil ringkasan dari salah satu sumber "kisah nasrudin" sebagai contoh aja ya
 

Cerita-cerita Nasruddin dan Abu Nawas yang pernah saya baca sepertinya sangat berfokus pada humor yang mengejutkan dan memiliki makna yang samar-samar.
 

Contoh:
 

=========== Suatu malam seorang pencuri memasuki rumah Nasrudin. Kabetulan Nasrudin sedang melihatnya. Karena ia sedang sendirian aja, Nasrudin cepat-cepat bersembunyi di dalam peti. Sementara itu pencuri memulai aksi menggerayangi rumah. Sekian lama kemudian, pencuri belum menemukan sesuatu yang berharga. Akhirnya ia membuka peti besar, dan memergoki Nasrudin yang bersembunyi. “Aha!” kata si pencuri, “Apa yang sedang kau lakukan di sini, ha?” “Aku malu, karena aku tidak memiliki apa-apa yang bisa kau ambil. Itulah sebabnya aku bersembunyi di sini.” Perhatikan, pada cerita itu, bagian yang menjadi klimaks adalah pada kalimat terakhir.
 

======= kita garis bawahi disini ============================== “Aku malu, karena aku tidak memiliki apa-apa yang bisa kau ambil. Itulah sebabnya aku bersembunyi di sini.” ==============================

Kalimat itu tidak menjelaskan secara gamblang, tapi justru menuntut pembaca untuk menafsirkan sendiri apa maksud perkataan Nasrudin. Makna yang muncul bisa jadi ambigu atau paradoks, inilah yang memunculkan senyum dan renungan di benak pembaca. Jadi yang paling penting, amanat dalam cerita semacam ini tidak boleh menggurui, tidak boleh menyimpulkan terlalu jelas, dan tidak boleh datar. Karena harus menyisakan ruang bagi pembaca untuk bertanya dan berpikir, jadi akhir yang menggantung adalah yg paling pas.
 

Sukses atau tidak, tergantung pada kecerdasan dan kreativitas penulis dalam memanipulasi kata. Untuk menciptakan tokoh yang cerdik, penulis harus lebih cerdik dong dari tokoh yang ia ciptakan. Penulis yang terlalu terfokus pada aturan-aturan dan rumus-rumus biasanya bakal kesulitan membuat cerita seperti ini.
 

tips n triknya: sebagai penulis:
 

1. tengok latar belakang minat kita jangan paksakan jadi orang lain
 

2. pilih kerangka klimaks persoalan dan penyelesaian baru kita susun pembukaan
 

3. semaksimal mungkin, jangan gunakan katan berulang ulang, agar pembaca tidak bingun contoh : " yang disana itu yang... aku cnta kamu yang, dan dengan asa yang amat kuat yang beginilah maksud daripada cinta yang bagus.... nah" diatas itu terlalu rancu.. yang seharusnya bisa kita persempi.... selamat mencoba
ingin mengetahui cara menulis cerita>>>>>>>> click dibawah ini >>>>.

menulis cerita
IKUTI KATA HATI / IKUTI PETUNJUK MENULIS BILA MENULIS PUISI ATAU CERITA

Sahabat pj dalam nalar maya, pernah kita membaca artikel-artikel tentang menulis fiksi bagi pemula, (terlepas dari belum dan sudahnya.. disini kita tidak menunggu jawaban.. disini hanya mengupas trik dan tips menulis ... jadi masukannya bisa di pos via email)
 

kebanyakan para pembuat artikel itu menyarankan untuk "menulis apa saja yang sekarang ada di kepala". Masalah jelek atau bagus itu urusan nanti, yang penting kita menumpahkan tulisan. Bagi saya, anjuran itu lumayan bekerja untuk cerpen tapi jujur saja, begitu saya menerapkannya pada novel, novel saya jadi berantakan.
 

Nah, sahabat pj love semua, lebih menganut "aliran" yang mana, nih; menulis mengalir atau menulis terstuktur? Menurut kalian, mana yang lebih baik diterapkan dan menghasilkan produk akhir (novel/cerpen) yang lebih bagus?
 

oya terlepas dari pertanyaan diatas ada tips dari temanku di hikamoro (nama dunia mayanya) di bilang "yg lebih bagus buat bikin cerita, Yg sudah diplot atau yang terlintas di kepala saja? menurut'nya' mana saja bisa. tergantung pada syarat dan kondisi cerita tsb yg ditentukan oleh pengarangnya sendiri atau penerbit/produser."
 

oya... sahabat, daripada kebingungan... kita rangkum aja.
 

SEMUA ADA DALAM DIRI KITA (catatan-bukan menunggu nalar berkarya, tapi berusaha mempelajari bagaimana menjadi seorang penulis) ingat tidak semua orang mampu menyampaikan ide-ide mereka secara terstruktur. Dan jadinya cerita yang mereka bikin berakhir berantakan. ada yang ber fikir "aku pengen ada ini, ini, ini, dsb. dan akhirnya" disaat dalam finising tulisan.... akan menjumpai berantakan (jika penulisan secara ter-struktur tanpa kita pahami maksud dan tujuan yang sudah diplot....dalam kerangka) sahabat, segalanya tergantung ama skala cerita dan genre. Kalo cerpen, karena durasinya pendek dan lazimnya fokus ke satu tokoh, menulis mengalir emang membuatnya gampang. Tapi dari pengalamanku juga, keadaan enggak segampang itu buat novel.
 

Aku sendiri sih kebiasaannya mikirin dulu kerangka cerita. Cuma karena aku jadinya kebanyakan mikir, aku akhirnya mulai latihan nulis hal-hal spontan secara panjang (Saat Untuk Menghilang) buat latihan ngungkapin ide. Emang awalnya susah sih, tapi setelah setahun kayaknya hasilnya mulai kelihatan.
 

oke... walau pun mengalir itu bagus... tapi lebih bagus lagi jika kita susun kerangkanya..... salam... selamat mencoba
PENULISAN PUISI

ada apa sih, dibelakang puisi, kok dikatan indah

Puisi adalah bagian dari kesusastraan. Kesusastraan adalah bagian dari kebudayaan. Kebudayaan adalah bagian dari satu masyarakat. Puisi disebut seni, karena melibatkan rasa. Rasa keindahan satu masyarakat pada satu waktu tertentu tidak harus sama dengan rasa keindahan masyarakat lain, atau bahkan masyarakat yang sama pada waktu yang berbeda. Jadi, syarat keindahan satu puisi itu tidak bisa dirumuskan secara mutlak. Ada puisi yang dianggap indah oleh satu orang, tapi sama sekali tidak menggetarkan benang-benang halus orang berikutnya. Ada yang dipuji-puji di satu tempat, tapi dianggap biasa di tempat lain.
 

Bahkan teori sastrapun, sejauh yang saya pernah baca, pada hakekatnya hanya bisa mencoba, tapi tidak bisa memastikan. Buat kita para praktisi, cukuplah untuk mengetahui dasar-dasarnya, dan mengembangkan dengan kecenderungan estetika kita masing-masing. Unsur-unsur puisi itu penting diketahui, tetapi tidak semua unsur harus ada dalam satu puisi. Ada seseorang yang mengatakan, keutuhan puisi itu lebih penting dari pada kelebihan yang ditonjolkan unsur-unsurnya. Terserah mau setuju atau tidak dengan pendapat itu.
 

Bagaimana agar puisi dapat membekas di hati pembaca? Pembaca harus merasa akrab dulu dengan simbol-simbol yang dibacanya. Bahasanya, majasnya, latar belakang budayanya. Kemiripan dengan pengalaman hidupnya. Saya kira jarang ada satu puisi yang diakui membekas di hati semua pembacanya, karena keberagaman individu. Yang bisa saya simpulkan, puisi yang berhasil memikat pembaca (meskipun tidak semua) adalah yang dibuat dengan kepekaan. Kepekaan terhadap situasi masyarakat, terhadap alam, terhadap diri sendiri, terhadap kecenderungan seni yang sedang berlaku (tidak selalu berarti mengikuti arus. Puisi yang mendobrak kemapanan juga punya tempat tersendiri. Tapi untuk mendobrak kemapanan, harus tahu dulu yang termasuk kemapanan itu yang mana).
 

Bagaimana cara pengungkapan yang menarik?
 

Sama dengan di atas dimana harus kita hindari dalam menulis puisi agar nampak indah



Apa saja yang harus dihindari dalam mengarang puisi? Kalau maksudnya menulis puisi untuk diri sendiri, tidak ada pembatasan tertentu, kecuali yang kita buat sendiri. Kalau maksudnya menulis puisi untuk dibaca orang banyak, misalnya untuk diposting di komunitas internet, saya kira yang perlu dihindari adalah penggunaan kata/frase/kalimat klise yang berlebihan. Klise adalah sesuatu yang terlalu sering dipakai umum sehingga kehilangan orisinalitasnya. Itu menurut saya. Kalau ada puisi saya yang dibilang mirip dengan puisi Amir Hamzah, atau Sutardji, misalnya, saya tidak akan merasa dipuji. Tersinggung juga tidak. Kalau saya mengakui ada pengaruh karya-karya mereka dalam puisi saya itu, ya saya terima saja komentar seperti itu. Tapi kalau saya merasa tulisan saya adalah murni hasil pergulatan saya dengan ide dan bahasa, saya hanya akan membatin,
 

Oya... perlu di ingat, dalam penulisan kita harus memahami
 

ejaan kata yang Rancu (boros) 

Kalimat dikatakan efektif apabila berhasil menyampaikan pesan, gagasan, perasaan, maupun pemberitahuan sesuai dengan maksud si pembicara atau penulis. Untuk itu penyampaian harus memenuhi syarat sebagai kalimat yang baik, yaitu strukturnya benar, pilihan katanya tepat, hubungan antarbagiannya logis, dan ejaannya pun harus benar. Yang perlu diperhatikan oleh para siswa dalam membuat karya tulis, baik berupa essay, artikel, ataupun analisis yang bersifat ilmiah adalah penggunaan bahasa secara tepat, yaitu memakai bahasa baku. Hendaknya disadari bahwa susunan kata yang tidak teratur dan berbelit-belit, penggunaan kata yang tidak tepat makna, dan kesalahan ejaan dapat membuat kalimat tidak efektif.
 

Inilah Kata-kata yang Sering Dihamburkan
 

Boros:
 

1. sejak dari
 

2. agar supaya
 

3. demi untuk
 

4. adalah merupakan
 

5. seperti … dan sebagainya
 

6. misalnya … dan lain-lain
 

7. antara lain … dan seterusnya
 

8. tujuan daripada
 

9. mendeskripsikan tentang
 

10. berbagai faktor-faktor
 

11. daftar nama-nama
 

12. mengadakan penelitian
 

13. dalam rangka untuk
 

14. berikhtiar dan berusaha untuk memberikan pengawasan
 

15. mempunyai pendapat
 

16. melakukan pemeriksaan
 

17. menyatakan persetujuan
 

18. Apabila …, maka
 

19. Walaupun …, namun
 

20. Berdasarkan …, maka
 

21. Karena … sehingga
 

22. Namun demikian,
 

23. sangat … sekali
 

Hemat:
 

1. sejak / dari
 

2. agar / supaya
 

3. demi / untuk
 

4. adalah / merupakan
 

5. seperti / dan sebagainya
 

6. misalnya / dan lain-lain
 

7. antara lain / dan seterusnya
 

8. tujuan ...(tanpa daripada)
 

9. mendeskripsikan... (tanpa tentang)
 

10. berbagai faktor
 

11. daftar nama
 

12. meneliti
 

13. untuk..... (tanpa dalam rangka)
 

14. berusaha mengawasi
 

15. berpendapat
 

16. memeriksa
 

17. menyetujui
 

18. Apabila …, (kata penghubung)
 

19. Walaupun …, (tanpa kata namun)
 

20. Berdasarkan …, (tanpa maka)
 

21. Karena … (tanpa sehingga), atau sehingga .....(tanpa karena …)
 

22. Namun......(tanpa demikian ) atau Walaupun demikian
 

23. sangat ...(tanpa sekali), atau.... (sekali tanpa sangat)... salam
DIARY DALAM MENULIS 2Sumber: Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan 
Tanda Hubung (-)bacaan



1. Tanda hubung menyambung unsur-unsur kata ulang.
Contoh: anak-anak, berulang-ulang, kemerah-merahan Tanda ulang singkatan (seperti pangkat 2) hanya digunakan pada tulisan cepat dan notula, dan tidak dipakai pada teks karangan.
 

2. Tanda hubung menyambung huruf kata yang dieja satu-satu dan bagian-bagian tanggal

Contoh: * p-e-n-g-u-r-u-s * 8-4-1973
 
3. Tanda hubung dapat dipakai untuk memperjelas hubungan bagian-bagian ungkapan
Bandingkan: * ber-evolusi dengan be-revolusi * dua puluh lima-ribuan (20×5000) dengan dua-puluh-lima-ribuan (1×25000). * Istri-perwira yang ramah dengan istri perwira-yang ramah



4. Tanda hubung dipakai untuk merangkaikan (a) se- dengan kata berikutnya yang dimulai dengan huruf kapital; (b) ke- dengan angka, (c) angka dengan -an, (d) singkatan berhuruf kapital dengan imbuhan atau kata, dan (e) nama jabatan rangkap

.
 

Contoh:


* se-Indonesia



* hadiah ke-2



* tahun 50-an



* ber-SMA



* KTP-nya nomor 11111



* sinar-X


* Menteri-Sekretaris Negara




5. Tanda hubung dipakai untuk



merangkaikan unsur bahasa Indonesia dengan unsur bahasa asing.
 
Contoh:

* di-charter



* pen-tackle-an



Tanda Pisah (–, —)




1a. Tanda pisah em (—) membatasi penyisipan kata atau kalimat yang memberikan penjelasan khusus di luar bangun kalimat. Contoh: Wikipedia Indonesia—saya harapkan—akan menjadi Wikipedia terbesar.

1b. Tanda pisah em (—) menegaskan adanya posisi atau keterangan yang lain sehingga kalimat menjadi lebih tegas. Contoh: Rangkaian penemuan ini—evolusi, teori kenisbian, dan kini juga pembelahan atom—telah mengubah konsepsi kita tentang alam semesta.
 

2a. Tanda pisah en (–) dipakai di antara dua bilangan atau tanggal yang berarti sampai dengan atau di antara dua nama kota yang berarti 'ke', atau 'sampai'.
 

Contoh:
 

* 1919–1921
 

* Medan–Jakarta
 

* 10–13 Desember 1999
 

2b. Tanda pisah en (–) tidak dipakai bersama perkataan dari dan antara, atau bersama tanda kurang (-). Contoh:
 

* dari halaman 45 sampai 65, bukan dari halaman 45–65
 

* antara tahun 1492 dan 1499, bukan antara tahun 1492–1499
 

* -4 sampai -6 °C, bukan -4–-6 °C
 

Tanda Elipsis (...)
 

1. Tanda elipsis dipakai dalam kalimat yang terputus-putus, misalnya untuk menuliskan naskah drama. Contoh: Kalau begitu ... ya, marilah kita bergerak.
 

2. Tanda elipsis menunjukkan bahwa dalam suatu kalimat atau naskah ada bagian yang dihilangkan, misalnya dalam kutipan langsung. Contoh: Sebab-sebab kemerosotan ... akan diteliti lebih lanjut.
 

Jika bagian yang dihilangkan mengakhiri sebuah kalimat, perlu dipakai empat buah titik; tiga buah untuk menandai penghilangan teks dan satu untuk menandai akhir kalimat. Contoh: Dalam tulisan, tanda baca harus digunakan dengan hati-hati ....
 

Tanda Tanya (?)
 

1. Tanda tanya dipakai pada akhir tanya.
 

Contoh:
 

* Kapan ia berangkat?
 

* Saudara tahu, bukan?
 

Penggunaan kalimat tanya tidak lazim dalam tulisan ilmiah.
 

2. Tanda tanya dipakai di dalam tanda kurung untuk menyatakan bagian kalimat yang disangsikan atau yang kurang dapat dibuktikan kebenarannya.
 

Contoh:
 

* Ia dilahirkan pada tahun 1683 (?).
 

* Uangnya sebanyak 10 juta rupiah (?) hilang.
 



Tanda Seru (!)
 



Tanda seru dipakai sesudah ungkapan atau pernyataan yang berupa seruan atau perintah yang menggambarkan kesungguhan, ketidakpercayaan, ataupun rasa emosi yang kuat.
 

Contoh:
 



* Alangkah mengerikannya peristiwa itu!
 

* Bersihkan meja itu sekarang juga!
 

* Sampai hati ia membuang anaknya!
 

* Merdeka!
 

Oleh karena itu, penggunaan tanda seru umumnya tidak digunakan di dalam tulisan ilmiah atau ensiklopedia. Hindari penggunaannya kecuali dalam kutipan atau transkripsi drama.
 



Tanda Kurung ((...))
 



1. Tanda kurung mengapit keterangan atau penjelasan. Contoh: Bagian Keuangan menyusun anggaran tahunan kantor yang kemudian dibahas dalam RUPS (Rapat Umum Pemegang Saham) secara berkala.
 



2. Tanda kurung mengapit keterangan atau penjelasan yang bukan bagian integral pokok pembicaraan. Contoh:



* Satelit Palapa (pernyataan sumpah yang dikemukakan Gajah Mada) membentuk sistem satelit domestik di Indonesia. * Pertumbuhan penjualan tahun ini (lihat Tabel 9) menunjukkan adanya perkembangan baru dalam pasaran dalam negeri.



3. Tanda kurung mengapit huruf atau kata yang kehadirannya di dalam teks dapat dihilangkan.



Contoh:
 

* Kata cocaine diserap ke dalam bahasa Indonesia menjadi kokain(a)
 

* Pembalap itu berasal dari (kota) Medan.



4. Tanda kurung mengapit angka atau huruf yang memerinci satu urutan keterangan. Contoh: Bauran Pemasaran menyangkut masalah (a) produk, (b) harga, (c) tempat, dan (c) promosi.
 



Hindari penggunaan dua pasang atau lebih tanda kurung yang berturut-turut. Ganti tanda kurung dengan koma, atau tulis ulang kalimatnya.
 



Contoh:
 



* Tidak tepat: Nikifor Grigoriev (c. 1885–1919) (dikenal juga sebagai Matviy Hryhoriyiv) merupakan seorang pemimpin Ukraina.
 

* Tepat: Nikifor Grigoriev (c. 1885–1919), dikenal juga sebagai Matviy Hryhoriyiv, merupakan seorang pemimpin Ukraina.
 

* Tepat: Nikifor Grigoriev (c. 1885–1919) merupakan seorang pemimpin Ukraina. Dia juga dikenal sebagai Matviy Hryhoriyiv.
 

Tanda Kurung Siku ([...])
 



1. Tanda kurung siku mengapit huruf, kata, atau kelompok kata sebagai koreksi atau tambahan pada kalimat atau bagian kalimat yang ditulis orang lain. Tanda itu menyatakan bahwa kesalahan atau kekurangan itu memang terdapat di dalam naskah asli. Contoh: Sang Sapurba men[d]engar bunyi gemerisik.
 



2. Tanda kurung siku mengapit keterangan dalam kalimat penjelas yang sudah bertanda kurung.
 

Contoh: Persamaan kedua proses ini (perbedaannya dibicarakan di dalam Bab II [lihat halaman 35–38]) perlu dibentangkan di sini.
 

Tanda Petik ("...")
 

1. Tanda petik mengapit petikan langsung yang berasal dari pembicaraan dan naskah atau bahan tertulis lain. Contoh:
 

* "Saya belum siap," kata Mira, "tunggu sebentar!" * Pasal 36 UUD 1945 berbunyi, "Bahasa negara ialah Bahasa Indonesia."
 

2. Tanda petik mengapit judul syair, karangan, atau bab buku yang dipakai dalam kalimat. Contoh:
 

* Bacalah "Bola Lampu" dalam buku Dari Suatu Masa, dari Suatu Tempat. * Karangan Andi Hakim Nasoetion yang berjudul "Rapor dan Nilai Prestasi di SMA" diterbitkan dalam Tempo. * Sajak "Berdiri Aku" terdapat pada halaman 5 buku itu.
 

3. Tanda petik mengapit istilah ilmiah yang kurang dikenal atau kata yang mempunyai arti khusus. Contoh:
 

* Pekerjaan itu dilaksanakan dengan cara "coba dan ralat" saja. * Ia bercelana panjang yang di kalangan remaja dikenal dengan nama "cutbrai".
 



4. Tanda petik penutup mengikuti tanda baca yang mengakhiri petikan langsung.
 

Contoh: Kata Tono, "Saya juga minta satu."



5. Tanda baca penutup kalimat atau bagian kalimat ditempatkan di belakang tanda petik yang mengapit kata atau ungkapan yang dipakai dengan arti khusus pada ujung kalimat atau bagian kalimat.
 

Contoh:



* Karena warna kulitnya, Budi mendapat julukan "Si Hitam".
 

* Bang Komar sering disebut "pahlawan"; ia sendiri tidak tahu sebabnya.



Tanda Petik Tunggal ('...')
 



1. Tanda petik tunggal mengapit petikan yang tersusun di dalam petikan lain.
 

Contoh:



* Tanya Basri, "Kau dengar bunyi 'kring-kring' tadi?"
 

* "Waktu kubuka pintu depan, kudengar teriak anakku, 'Ibu, Bapak pulang', dan rasa letihku lenyap seketika," ujar Pak Hamdan.
 



2. Tanda petik tunggal mengapit makna, terjemahan, atau penjelasan kata atau ungkapan asing. Contoh: feed-back 'balikan'



Tanda Garis Miring (/)



1. Tanda garis miring dipakai di dalam nomor surat dan nomor pada alamat dan penandaan masa satu tahun yang terbagi dalam dua tahun takwim.
 

Contoh:



* No. 7/PK/1973
 

* Jalan Kramat III/10
 

* tahun anggaran 1985/1986
 



2. Tanda garis miring dipakai sebagai pengganti kata tiap, per atau sebagai tanda bagi dalam pecahan dan rumus matematika.
 

Contoh:
 



* harganya Rp125,00/lembar (harganya Rp125,00 tiap lembar)
 

* kecepatannya 20 m/s (kecepatannya 20 meter per detik)
 

* 7/8 atau 7/8
 

* xn/n!
 



Tanda garis miring sebaiknya tidak dipakai untuk menuliskan tanda aritmetika dasar dalam prosa. Gunakan tanda bagi ÷ . Contoh: 10 ÷ 2 = 5.
 



Di dalam rumus matematika yang lebih rumit, tanda garis miring atau garis pembagi dapat dipakai.
 

Contoh: extstyle\frac{x^n}{n!}.
 



3. Tanda garis miring sebaiknya tidak dipakai sebagai pengganti kata atau.
 



Tanda Penyingkat (Apostrof)(')
 



Tanda penyingkat menunjukkan penghilangan bagian kata atau bagian angka tahun.
 



Contoh:
 



* Ali 'kan kusurati. ('kan = akan) * Malam 'lah tiba. ('lah = telah) * 1 Januari '88 ('88 = 1988)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar