Kamis, 21 Februari 2013

Analisis Gurindam (Pasal 3 dan 4)





qwertyuiopasdfghjklzxcvbnmqwertyuiopasdfghjklzxcvbnmqwertyuiopasdfghjklzxcvbnmqwertyuiopasdfghjklzxcvbnmqwertyuiopasdfghjklzxcvbnmqwertyuiopasdfghjklzxcvbnmqwertyuiopasdfghjklzxcvbnmqwertyuiopasdfghjklzxcvbnmqwertyuiopasdfghjklzxcvbnmqwertyuiopasdfghjklzxcvbnmqwertyuiopasdfghjklzxcvbnmqwertyuiopasdfghjklzxcvbnmqwertyuiopasdfghjklzxcvbnmqwertyuiopasdfghjklzxcvbnmqwertyuiopasdfghjklzxcvbnmqwertyuiopasdfghjklzxcvbnmqwertyuiopasdfghjklzxcvbnmqwertyuiopasdfghjklzxcvbnmrtyuiopasdfghjklzxcvbnmqwertyuiopasdfghjklzxcvbnmqwertyuiopasdfghjklzxcvbnmqwertyuiopasdfghjklzxcvbnmqwertyuiopasdfghjklzxcvbnmqwertyuiopasdfghjklzxcvbnmqwertyuiopasdfghjklzxcvbnmqwertyuiopasdfghjklzxcvbnmqwertyuiopasdfghjklzxcvbnmqwertyuiopasdfghjklzxcvbnmqwertyuiopasdfghjklzxcvbnmqwertyuiopasdfghjklzxcvbnmqwertyuiopasdfghjklzxcvbnmrtyuiopasdfghjklzxcvbnmqwertyuiopasdfghjklzxcvbnmqwertyuiopasdfghjklzxcvbnmqwertyuiopasdfghjklzxcvbnmqwertyuiopasdfghjklzxcvbnmqwertyuiopasdfghjklzxcvbnmqwertyuiopasdfghjklzxcvbnmqwertyuiopasdfghjklzxcvbnmqwertyuiopasdfghjklzxcvbnmqwertyuiopasdfghjklzxcvbnmqwertyuiopasdfghjklzxcvbnmqwertyuiopasdfghjklzxcvbnmqwertyuiopasdfghjklzxcvbnmrtyuiopasdfghjklzxcvbnmqwertyuiopasdfghjklzxcvbnmqwertyuiopasdfghjklzxcvbnmqwertyuiopasdfghjklzxcvbnmqwertyuiopasdfghjklzxcvbnmqwertyuiopasdfghjklzxcvbnmqwertyuiopasdfghjklzxcvbnmqwertyuiopasdfghjklzxcvbnmqwertyuiopasdfghjklzxcvbnmqwertyuiopasdfghjklzxcvbnmqwertyuiopasdfghjklzxcvbnmqwertyuiopasdfghjklzxcvbnmqwertyuiopasdfghjklzxcvbnmrtyuiopasdfghjklzxcvbnmqwertyuiopasdfghjklzxcvbnmqwertyuiopasdfghjklzxcvbnmqwertyuiopasdfghjklzxcvbnmqwertyuiopasdfghjklzxcvbnmqwertyuiopasdfghjklzxcvbnmqwertyuiopasdfghjklzxcvbnmqwertyuiopasdfghjklzxcvbnmqwertyuiopasdfghjklzxcvbnmqwertyuiopasdfghjklzxcvbnmqwertyuiopasdfghjklzxcvbnmqwertyuiopasdfghjklzxcvbnmqwertyuiopasdfghjklzxcvbnmrtyuiopasdfghjklzxcvbnmqwertyuiopasdfghjklzxcvbnmqwertyuiopasdfghjklzxcvbnmqwertyuiopasdfghjklzxcvbnmqwertyuiopasdfghjklzxcvbnmqwertyuiopasdfghjklzxcvbnmqwertyuiopasdfghjklzxcvbnmqwertyuiopasdfghjklzxcvbnmqwertyuiopasdfghjklzxcvbnmqwertyuiopasdfghjklzxcvbnmqwertyuiopasdfghjklzxcvbnmqwertyuiopasdfghjklzxcvbnmqwertyuiopasdfghjklzxcvbnmrtyuiopasdfghjklzxcvbnmqwertyuiopasdfghjklzxcvbnmqwertyuiopasdfghjklzxcvbnmqwertyuiopasdfghjklzxcvbnmqwertyuiopasdfghjklzxcvbnmqwertyuiopasdfghjklzxcvbnmqwertyuiopasdfghjklzxcvbnmqwertyuiopasdfghjklzxcvbnmqwertyuiopasdfghjklzxcvbnmqwertyuiopasdfghjklzxcvbnmqwertyuiopasdfghjklzxcvbnmqwertyuiopasdfghjklzxcvbnmqwertyuiopasdfghjklzxcvbnmrtyuiopasdfghjklzxcvbnmqwertyuiopasdfghjklzxcvbnmqwertyuiopasdfghjklzxcvbnmqwertyuiopasdfghjklzxcvbnmqwertyuiopasdfghjklzxcvbnmqwertyuiopasdfghjklzxcvbnmqwertyuiopasdfghjklzxcvbnmqwertyuiopasdfghjklzxcvbnmqwertyuiopasdfghjklzxcvbnmqwertyuiopasdfghjklzxcvbnmqwertyuiopasdfghjklzxcvbnmqwertyuiopasdfghjklzxcvbnmqwertyuiopasdfghjklzxcvbnmqwwertyuiopasdfghjklzxcvbnmqwertyuiopasdfghjklzxcvbnmqwertyuiopasdfghjklzxcvbnmqwertyuiopasdfghjklzxcvbnm


Makalah Bahasa Indonesia



Gurindam 12 pasal 3 dan 4



Disusun Oleh :


Bhakti Prio sejati
Faturachman Oktaviardi
Ilham Bhakdi Samara Riyadi
Irvan Faturrahman
Robian Abdi

Kelas : XII IPA 2






kata pengantar

Alhamdulillah puji syukur kami hanturkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan petunjuk dan hidayahnya kepada kami sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah ini.
Sholawat dan salam tak lupa kami hanturkn kepada baginda Rasulullah SAW yang telah membimbing kita dari zaman jahiliyah menuju zaman yang terang benderang ini.
Selanjutnya ucapan terima kasih tak lupa kami ucapkan kepada Ibu Dwi Rini selaku guru pembimbing mata pelajaran Bahasa Indonesia. Kami menyadari berbagai kekurangan, kelemahan, dan keterbatasan kami sehingga tetap terbuka kemungkinan terjadinya kekeliruan, kekurangan dalam penulisan penyajian makalah ini. Oleh karena itu kami sangat mengharap kritik dan saran dari para pembaca dalam rangka menyelesaikan tugas ini.
                                                                                                                                                                                      

Wasaalam


Penyusun

 GURINDAM

Kata gurindam berasal dari bahasa Tamil yang berarti hiasan atau bunga. Gurindam berisi nasihat ataupun filsafat hidup. Gurindam terbentuk dari sebuah kalimat majemuk yang dibagi menjadi dua baris yang bersajak. Tiap-tiap baris adalah kalimat. Perhubungan antara kalimat pertama dan kedua seperti perhubungan induk kalimat dengan anak kalimat. Jumlah suku kata tiap baris dan pola iramanya tidak ditentukan. Biasanya untuk menyampaikan suatu ide tertentu, diperlukan rangkaian bebrapa bait gurindam.

Definisi Gurindam ialah satu bentuk puisi Melayu yang terdiri dari dua baris yang berpasangan, bersajak atau berirama dan memberi idea yang lengkap atau sempurna dalam pasangannya. Baris pertama gurindam dipanggil syarat(protasis) dan baris kedua dipanggil jawab(apodotis).

Ciri-ciri:
(1)Puisinya masih tergolong sebagai puisi bebas dengan pengertian ia tidak terikat dari segi rangkap, atau dikenali sebagai puisi yang tidak berangkap; jika berangkap, maka tidak tentulah bilangan baris di dalam serangkap, atau bilangan perkataan dalam satu rangkap
(2)Jika bentuk puisi yang dipilih terdiri daripada bentuk yang terikat, contohnya seperti “Gurindam dua belas”, ikatan yang dipatuhi hanya pada pasangan-pasangan yang berirama; manakala aspek lain, jumlah barisan dalam serangkap, gabungan beberapa bentuk irama, dan sebagainya adalah bebas
(3) Walaupun bebas, puisinya masih menunjukkan ciri-ciri puisi tradisional, misalnya mengadakan ritma antara baris- baris yang sejajar atau unsur-unsur asonasi dan aliterasi antara kerat-kerat yang sejajar dalam baris
(4) Dalam satu untai gurindam mungkin dimulai, diselangi ataupun diakhiri dengan bentuk yang lain, umumnya seperti pantun
 (5) Dari segi isi, contoh-contoh ini memperlihatkan keadaan yang benar dan serius, perasaan yang berat, tidak dengn maksud jenaka atau bermain-main
(6) Dari segi fungsinya, ia tidak mempunyai maksud cerita seperti dalam prosa berirama, berteka teki dalam teka teki, sindir dan giat seperti di dalam seloka, undang-undang atau peraturan seperti dalam teromba, atau pembomohan dan pengubatan seperti dalam mantera.
 Gurindam pasal 3 dan 4



1.     Naskah Gurindam Pasal 3 dan 4

Gurindam pasal 3
Apabila terpelihara mata,
sedikitlah cita-cita.
Apabila terpelihara kuping,
khabar yang jahat tiadalah damping.

Apabila terpelihara lidah,
nescaya dapat daripadanya faedah.
Bersungguh-sungguh engkau memeliharakan tangan,
daripada segala berat dan ringan.

Apabila perut terlalu penuh,
keluarlah fi'il yang tiada senonoh.
Anggota tengah hendaklah ingat,
di situlah banyak orang yang hilang semangat
Hendaklah peliharakan kaki,
daripada berjalan yang membawa rugi.
Gurindam Pasal 4
Hati kerajaan di dalam tubuh,
jikalau zalim segala anggota pun roboh.
Apabila dengki sudah bertanah,
datanglah daripadanya beberapa anak panah.

Mengumpat dan memuji hendaklah pikir,
di situlah banyak orang yang tergelincir.

Pekerjaan marah jangan dibela,
nanti hilang akal di kepala.

Jika sedikitpun berbuat bohong,
boleh diumpamakan mulutnya itu pekong.

Tanda orang yang amat celaka,
aib dirinya tiada ia sangka.

Bakhil jangan diberi singgah,
itupun perampok yang amat gagah.

Barang siapa yang sudah besar,
janganlah kelakuannya membuat kasar.
Barang siapa perkataan kotor,
mulutnya itu umpama ketur.

Di mana tahu salah diri,
jika tidak orang lain yang berperi.

2.     Analisis

Naskah (Pasal 3)
Isi
Nilai
Makna
Apabila terpelihara mata,
sedikitlah cita-cita.
Jika kita tidak memperhatikan dunia luas kita tidak akan mempunyai informasi tentang apapun.
Moral
Dalam hidup kita harus memiliki wawasan yang luas.

Apabila terpelihara kuping,
khabar yang jahat tiadalah damping.

Telinga harus dijauhkan dari segala macam bentuk gunjingan dan hasutan agar kita terhindar dari omongan yang tidak baik.
Moral
Kita harus menghindari segala gunjingan yang ditimpakan terhadap kita.
Apabila terpelihara lidah,
nescaya dapat daripadanya faedah.

Orang yang menjaga omongannya akan mendapatkan manfaat, dan orang yang tidak menjaga omongannya maka hal itu dapat menjadi bumerang bagi dirinya.
Moral
Menjaga omongan dapat membawa manfaat bagi kita.
Bersungguh-sungguh engkau memeliharakan tangan,
daripada segala berat dan ringan.

Tangan juga harus dijaga untuk tidak mengambil milik orang lain agar tidak terjadi masalah yang tidak diinginkan.
Moral
Janganlah mengambil barang milik orang lain tanpa seizin pemiliknya.
Apabila perut terlalu penuh,
keluarlah fi'il yang tiada senonoh.
Apabila makan terlalu banyak atau berlebihan dapat menyebabkan kita kekenyangan dan akan menimbulkan perilaku yang tidak baik.
Moral
Jika makan berhentilah sebelum kenyang.
Anggota tengah hendaklah ingat,
di situlah banyak orang yang hilang semangat
Kita harus selalu mengingat apa kata hati kita yang terbaik, agar kita tidak kehilangan segalanya dalam hidup ini.
Moral
Hidup harus dijalani penuh semangat.
Hendaklah peliharakan kaki,
daripada berjalan yang membawa rugi.
Jangan merugikan diri dengan melakukan hal-hal yang tidak ada gunanya dan maksiat agar terhindar dari hal buruk.
Moral
Jangan salah mengambil langkah dalam hidup.

Ciri-ciri Gurindam Pasal 3:
·         Banyaknya suku kata tiap-tiap baris tidak tetap, antara 8 sampai 15 suku kata.
·         Sajaknya a-a.
·         Baris pertama diakhiri dengan tanda koma, sedangkan baris kedua diakhiri dengan tanda titik.
·         Berisi nasihat untuk menggunakan anggota tubuh sesuai dengan fungsinya. Dan tidak berlebihan dalam menggunakannya agar tidak terjadi hal- hal yang tidak baik.
Naskah (Pasal 4)
Isi
Nilai
Makna
Hati kerajaan di dalam tubuh,
jikalau zalim segala anggota pun roboh.
Hati adalah inti dari jiwa manusia. Jika hati kotor maka hidup yang dijalani akan berantakan.
Moral
Hati kita harus selalu bersih.
Apabila dengki sudah bertanah,
datanglah daripadanya beberapa anak panah.

Hati yang dengki hanya akan merugikan diri sendiri.
Moral
Perbuatan dengki harus kita hindari.
Mengumpat dan memuji hendaklah pikir,
di situlah banyak orang yang tergelincir.

Berbicara harus dipikir supaya tidak celaka karenanya.
Moral
Kita harus selalu menjaga omongan kita.
Pekerjaan marah jangan dibela,
nanti hilang akal di kepala.

Amarah adalah perbuatan sia-sia yang hanya menghabiskan tenaga. Akibatnya bisa jadi gila.
Moral
Janganlah suka marah.
Jika sedikitpun berbuat bohong,
boleh diumpamakan mulutnya itu pekong.

Orang yang pernah berbohong, sedikit apa pun kebohongannya, akan terus tampak di mata orang lain sebagai pembohong.
Moral
Berkata bohong hanya akan merugikan diri sendiri.
Tanda orang yang amat celaka,
aib dirinya tiada ia sangka.

Orang yang paling celaka adalah orang yang tidak menyadari kesalahannya sendiri sampai harus dikatakan oleh orang lain. Dan ia akan dinggap orang lain sebagai penyakit kulit yang membusuk.
Moral
Kita harus menyadari kesalahan yang telah kita buat terhadap orang lain dan kita juga harus meminta maaf karenanya.
Bakhil jangan diberi singgah,
itupun perampok yang amat gagah.

Sifat pelit akan menguras hartanya sendiri, berarti dengan menjadi dermawan justru harta kita akan bertambah.
Moral
Dalam hidup kita harus saling membantu satu sama lain.
Barang siapa yang sudah besar,
janganlah kelakuannya membuat kasar.
Apabila kita sudah dewasa hendaknya menjaga kelakuan dan kata-kata agar selalu halus dan bersih.
Moral
Kita harus menjaga perbuatan kita.
Barang siapa perkataan kotor,
mulutnya itu umpama ketur.

Orang yang selalu berkata kotor dirinya akan selalu dianggap sebagai orang yang buruk budi pekertinya.
Moral
Berkata kotor hanya akan merugikan diri sendiri.
Di mana tahu salah diri,
jika tidak orang lain yang berperi.
Kita tidak akan mengetahui kesalahan diri sendiri jika tidak ada orang lain yang mengatakannya.
Moral
Kita harus selalu menginstropeksi diri.

Ciri-ciri Gurindam Pasal 4:

·         Banyaknya suku kata tiap-tiap baris tidak tetap, antara 8 sampai 15 suku kata.
·         Sajaknya a-a.
·         Baris pertama diakhiri dengan tanda koma, sedangkan baris kedua diakhiri dengan tanda titik
·         Berisi nasihat untuk menghilangkan segala penyakit hati yang telah bersarang di dalam hati. Seperti iri, dengki, dendam, fitnah, dan amarah. Semua itu hanya akan mendatangkan dampak yang tidak baik bagi diri sendiri maupun orang lain.


3.     Kosa kata

Fi’il            : tingkah laku, perbuatan
Faedah      : manfaat
Pekong     : penyakit kulit yang berbau busuk
Bakhil        : pelit
Ketur         : peludahan, tempat ludah
Berperi     : berkata-kata
 
4.     Simpulan

Gurindam adalah satu bentuk puisi lama yang terdiri dari dua bait, tiap bait terdiri dari 2 baris kalimat dengan irama akhir yang sama, yang merupakan satu kesatuan yang utuh. Baris pertama berisikan semacam soal, masalah atau perjanjian dan baris kedua berisikan jawabannya atau akibat dari masalah atau perjanjian pada baris pertama tadi. Dari segi isinya gurindam berisi nasihat yang pada umumnya berhubungan dengan moral dan kehidupan sosial. Hal ini menunjukkan bahwa gurindam merupakan karya sastra lama yang bermanfaat untuk menyampaikan ajaran moral dalam kehidupan sehari-hari.

 Pustaka Acuan

Budisantoso, S., dkk. 1986. Masyarakat Melayu Riau dan Kebudayaannya, Pemprop Daerah Tingkat I Riau. Pekanbaru.

Verhaar, J.W.M. 2001. Asas-Asas Linguistik Umum. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.

Yasyin, Sulchan.1995. Kamus Pintar Bahasa Indonesia. Surabaya. Penerbit: Amanah.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar