Kamis, 21 Februari 2013

Pemuda Muslim Berkualitas Sebagai Harapan Umat


مِنْ شُرُوْرِ أَنْفُسِنَا و مِنْ بِاللهِ وَنَعُوْذُ للهِ نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ الْحَمْدَإِنّ
لَهُ هَادِيَ فَلاَ يُضْلِلْ وَمَنْ لَهُ مُضِلّ فَلاَ اللهُ يَهْدِهِ مَنْ أَعْمَالِنَا سَيّئَاتِ
اَللهُمّ صَلّ وَسَلّمْ عَلى مُحَمّدٍ وَعَلى آلِهِ وِأَصْحَابِهِ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدّيْن.
يَاأَيّهَا الّذَيْنَ آمَنُوْا اتّقُوا اللهَ حَقّ تُقَاتِهِ وَلاَ تَمُوْتُنّ إِلاّ وَأَنْتُمْ مُسْلِمُوْنَ
فَاسْتبَقُِوا اْلخَيْرَاتِ أَيْنَ مَا تَكُونوُا يَأْتِ بِكُمُ اللهُ جَمِيعًا إِنَّ اللهَ عَلىَ كُلِّ شَئٍ قَدِيرٌ
أَمّا بَعْدُ
Perubahan dan pergantian zaman merupakan sunnatullah. Oleh karena itu dalam kehidupan kita ini terjadi pergantian generasi dari suatu generasi ke generasi berikutnya. Masa depan agama, bangsa dan negara salah satunya ditentukan pada hari ini, karena itu setiap kita punya tanggung jawab menghadapi hari esok, yang bisa jadi zamannya sangat berbeda dengan zaman yang kita alami, bahkan tantangan masa depan bisa jadi amat berbeda dengan yang kita hadapi sekarang. Oleh karena itu agama Islam memerintahkan agar kita mempersiapkan generasi atau pemuda dengan sebaik-baiknya.
Rasulullah SAW, memiliki banyak sahabat yang lebih muda dari beliau, bahkan banyak yang jauh lebih muda dari beliau. Ali bin Abi Thalib salah satu pemeluk Islam yang paling awal. Beliau memeluk Islam atas keinginannya sendiri ketika berusia 8 tahun, Beliau senantiasa berada di samping Rasulullah. Beliau juga menyertai Rasulullah SAW pada saat bertemu dengan 40 pemuka Quraisy, yang merupakan tokoh-tokoh paling berpengaruh di masyarakat pada waktu itu. Pada pertemuan itu Rasulullah menyeru mereka untuk masuk Islam, tetapi mereka menolak seruan tersebut. Pada saat itu Ali ra. berdiri di sisi Rasulullah sembari memandang kepada semua yang hadir, kemudian berkata : “Aku beriman kepadanya, dan aku menjadi penolongnya”. Arqam bin Abi Arqam, Usman bin Umair dan sebagainya. Ja’far bin Abi Thalib yang berani berdiri di depan Raja Najasyi dari Habasyah (Ethiopia) untuk mewakili dan membela kaum muslimin, padahal ketika itu ia baru berusia 20 tahun. Masih banyak lagi contoh pemuda pemudi muslim yang mampu memberikan konstribusi yang besar kepada Islam dan berprestasi tinggi semata-mata mencari ridha Allah SWT. 
Perhatian Islam yang besar terhadap generasi muda menunjukkan bahwa masa muda merupakan masa yang sangat penting dan masa yang paling berharga. Generasi muda merupakan rahasia kekuatan suatu umat, tiangnya kebangkitan, kebanggaan dan kemuliaan. Di atas pundak merekalah masa depan umat terpikul, karena pemuda memiliki keistimewaan tersendiri, baik dari segi keberanian, kecerdasan, semangat, maupun dari kekuatan jasmaninya.
“Berikan 10 orang pemuda dan aku akan mampu memindahkan sebuah gunung dan berikan aku 100 orang pemuda maka aku akan dapat menggerakkan dunia” pernyataan populer tersebut ditegaskan Bapak Proklamator Republik Indonesia Bung Karno mengenai arti pentingnya posisi pemuda.
Sosok pemuda mempunyai nilai sejarah tersendiri. Peran pemuda Indonesia senantiasa ada pada lini terdepan dalam sejarah bangsa. Kebangkitan Nasional 1908, Sumpah Pemuda 1928, Proklamsi Kemerdekaan R.I 1945, Perubahan dari Orde Lama ke Orde Baru 1966, dari Orde Baru ke Orde Reformasi 1988. Bahkan masyarakat Internasional menyadari arti penting dan nilai strategis pemuda sebagai agen perubahan (agent of change) dalam pembangunan.
Pada periode lahirnya syari’at Islam yang dibawa oleh Nabi Muhammad SAW, generasi muda memegang peranan yang sangat penting dalam menyebarluaskan dakwah Islamiyah, karenanya jangan lewatkan masa muda untuk hal-hal yang tak ternilai di hadapan Allah SWT. Oleh karena itu, menjadi tanggung jawab kita untuk menghasilkan generasi Islam yang berkualitas Islami.
Paling tidak, ada empat hal yang menjadi kriteria dari profil pemuda muslim yang berkualitas,yaitu:
Pertama, Pemuda yang memiliki aqidah yang benar. Akidah Islam tegak berdasarkan peng-Esaan kepada Allah, mengakui-Nya sebagai Tuhan, penguasa, pencipta, pemberi rizki, pemilik langit, bumi dan seisinya serta satu-satunya Zat yang akan menghidupkan kembali yang akan memberikan balasan kepada hamba-hamba-Nya, dan inti dari akidah adalah Tauhid
Tauhid menjadi misi utama para nabi dan rasul serta para shalih terdahulu yang tidak boleh dilupakan. Apa yang dilakukan oleh Yaqub as ketika hampir wafat, patut kita teladani dalam mempersiapkan pemuda sebagai generasi penerus. Waktu itu, Yaqub bertanya kepada anak-anaknya, “Apa yang akan kalian sembah sepeninggalanku?” semua anak-anaknya menjawab, kami akan menyembah Tuhanmu, Tuhan bapak-bapakmu-Ibrahim, Ismail, Ishak yakni Allah SWT dan kami berserah diri kepada-Nya (kisah ini diabadikan dalam QS. 2 Al Baqarah : 133).
Demikian pula pengajaran Lukman kepada anaknya yang diabadikan dalam Al-Qur’an yang artinya : Dan (ingatlah) ketika Luqman berkata kepada anaknya, di waktu ia memberi pelajaran kepadanya: “Hai anakku, janganlah kamu mempersekutukan (Allah) sesungguhnya mempersekutukan (Allah) adalah benar-benar kezaliman yang besar” (QS. 31 Lukman : 13).
Dasar pendidikan akhlak bagi seorang pemuda adalah akidah yang benar, karena akhlak tersarikan dari akidah dan pancaran darinya. Oleh karena itu jika seorang pemuda berakidah dengan benar, niscaya akhlaknya pun akan benar, baik dan lurus. Begitu pula sebaliknya, jika akidahnya salah dan melenceng, maka akhlaknya pun akan tidak benar.Dalam satu hadits Rasulullah SAW bersabda : اَكْمَلُ الْمُؤْمِنِيْنَ اِيْمَانًا اَحْسَنُهُمْ خُلُقًا “Mukmin yang sempurna imannya, adalah yang paling baik akhlaknya” (HR. Turmudzi dari Abi Hurairah).
Ciri Kedua, menempa diri dengan memiliki ilmu dan tsaqafah Islam. Kita semua terutama pemuda hendaklah senantiasa menempa diri dan secara terus-menerus mencari ilmu dan mengamalkannya. Tanpa ilmu pemuda akan tertinggal. Islam mengajak manusia untuk menguasai ilmu, dalam ayat pertama yang diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW yang artinya : “Bacalah, dan Tuhanmulah Yang Maha Pemurah, Yang mengajar (manusia) dengan perantara kalam, Dia mengajar kepada manusia apa yang tidak diketahuinya” (QS. 96 Al-‘Alaq : 1-4).
Betapa pentingnya ilmu bagi seorang pemuda, Rasul yang mulia senantiasa memotivasi umatnya untuk belajar dan membaca. Ada baiknya kita menelaah kembali kisah seorang pemuda yang usianya belum genap tiga belas tahun berjalan mendekati barisan pasukan muslim dengan membawa sebilah pedang ia mendatangi Rasulullah dan berkata, “Ya Rasulullah, aku membaktikan hidupku kepadamu. Izinkan aku untuk pergi bersamamu dan memerangi musuh-musuh Allah di bawah panji-panjimu”.
Rasulullah yang mulia memandang anak tersebut dengan penuh kekaguman dan menepuk pundaknya. Beliau memuji keberaniannya, tetapi menolaknya untuk bergabung dengan pasukan muslim. Anak muda itu (Zaid bin Tsabit ra.) Rasulullah pun kemudian memberikan tugas kepadanya. “Zaid pergilah belajar tulisan Yahudi”. Zaid kemudian belajar bahasa Ibrani. Maka kemudian ia sangat fasih berbahasa Ibrani dan menjadi sekretaris Rasulullah SAW. Rasulullah juga memerintahkan Zaid untuk belajar bahasa Syria. Demikian Zaid mempunyai fungsi penting ketika Rasulullah berunding dan berkomunikasi dengan bangsa-bangsa yang tidak bisa bahasa Arab.
Ketiga, dari ciri pemuda yang diharapkan di dalam Islam adalah memiliki keterampilan dalam berbagai hal untuk dimanfaatkan dalam kebaikan dan kebenaran dalam upaya mencapai kemajuan diri, keluarga, masyarakat, agama, bangsa dan negara. Pada masa Rasulullah SAW para sahabat telah menunjukkan kemampuan yang terampil dalam berbagai hal, ada yang terampil dalam berdagang, berperang dan sebagainya yang semua ini tentu saja amat berguna.
Kepada mereka yang memang terampil, Rasulullah SAW sendiri tidak segan-segan memberi penghargaan dan amanah guna mengembangkan keterampilannya itu. Maka ketika Usamah bin Zaid telah menunjukkan keterampilannya yang luar biasa dalam berperang, beliau tidak segan-segan mengangkatnya menjadi panglima perang meskipun umurnya baru 17 tahun, sementara Mush’ab bin Umair yang terampil dalam dakwah, ditugaskan beliau untuk dakwah ke Yatsrib (Madinah).
Ciri keempat, memiliki tanggung jawab, Di antara bukti kebenaran dan kemuliaan nilai-nilai Islam adalah adanya tuntutan tanggung jawab dari setiap individu atas semua perbuatannya. Diferensiasi yang hakiki antara manusia adalah dengan mengukur rasa tanggung jawab serta kemauan untuk menanggung akibat dari perbuatan yang dilakukan.
Prinsip tanggung jawab ini merupakan salah satu prinsip yang ditetapkan dalam Al Qur’an dalam sejumlah ayatnya :كُلُّ نَفْسٍ بِمَا كَسَبَتْ رَهِينَةٌ. “Tiap-tiap diri bertanggung jawab atas apa yang telah diperbuatnya” (QS. 74 Al Mudatsir : 38).
Pada prinsipnya tanggung jawab ini mencakup kepada tiga hal, yaitu; tanggung jawab pemuda sebagai seorang individu, tanggung jawab sebagai anggota masyarakat, tanggung jawab sebagai bagian dari umat. Menunaikan kewajiban terhadap umat Islam yang tersebar di seluruh belahan dunia dan dalam setiap bidang kehidupan. Ketiga, tanggung jawab tersebut dengan segala cakupannya menurut DR. Ali Abdul Halim Mahmud mantan Syeikh Al Azhar dalam kitabnya At-Tarbiyah al-Khuluqiyah dengan edisi Indonesia “Akhlak mulia” menegaskan bahwa meninggalkan ketiga kewajiban ini merupakan keburukan yang dicela oleh Islam. Ketiga tanggung jawab tersebut sangat sesuai dengan nilai-nilai kemasyarakatan dan nilai-nilai kemanusiaan atau humanisme.
اْلآيَاتِ فِيْهِ مِنَ بِمَا وَإِيَّاكُمْ وَنَفَعَنِيْ الْعَظِيْمِ الْقُرْآنِ فِي وَلَكُمْ لِيْ اللهُ بَارَكَ
الْمُسْلِمِيْنَ وَلِسَائِرِ وَلَكُمْ لِيْ اللهَ وَأَسْتَغْفِرُ هَذَا قَوْلِيْ أَقُوْلُ . الْحَكِيْمِ وَالذِّكْرِ
الرَّحِيْمُ الْغَفُوْرُ إِنَّهُ هُوَ فَاسْتَغْفِرُوْهُ ذَنْبٍ كُلِّ مِنْ

وَأَشْهَدُ الصَّالِحِينَ وَلِيُّ اللهُ إِلاّ إِلهَ لاَ أَنْ وَأَشْهَدُ الْعَالَمِينَ رَبِّ للهِ الْحَمْدَ إِنّ
آلِ وَعَلَى مُحَمَّدٍ عَلَى صَلِّ اَللَّهُمَّ وَالْمُرْسَلِينَ بِيَاءِ الأَنْ خَاتَمُ مُحَمّدًا أَنّ
وَبَارِكْ.مَجِيْدٌ حَمِيْدٌ إِنَّكَ إِبْرَاهِيْمَ، آلِ وَعَلَى إِبْرَاهِيْمَ عَلَى صَلَّيْتَ كَمَا مُحَمَّدٍ
إِبْرَاهِيْمَ، آلِ وَعَلَى إِبْرَاهِيْمَ عَلَى بَارَكْتَ كَمَا مُحَمَّدٍ آلِ وَعَلَى مُحَمَّدٍ عَلَى
أَمَّابعد.مَجِيْدٌ حَمِيْدٌ إِنَّكَ
Untuk mewujudkan pemuda yang berkualitas itu, maka paling tidak ada tiga institusi yang mempunyai pengaruh sangat efektif, yaitu :
a. Keluarga, dalam pengertian sempit mencakup kedua orang tua, saudara dan kerabat. Dalam pengertian luas mencakup teman, tetangga, masyarakat secara keseluruhan.
b. Masjid, memberi pengaruh yang baik bagi jiwa orang-orang dalam berhubungan dengan sangPencipta.
c. Sekolah, meliputi unsur-unsur yang ada di dalamnya, buku, peralatan, methode, gedung dan hal-hal yang mempengaruhi murid.
Para pemuda sangat dituntut untuk mempersiapkan dirinya guna menyongsong masa depan agama, bangsa dan negara yang cerah, dan mempersiapkannya memerlukan perhatian dan kerja sama yang serius.  
مِنْهُمْ اْلأَحْيَاءِ وَالْمُؤْمِنَاتِ وَالْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ، لِلْمُسْلِمِيْنَ اغْفِرْ اَللَّهُمَّ
الدّعَوَاتِ مُجِيْبُ قَرِيْبٌ سَمِيْعٌ إِنَّكَ وَاْلأَمْوَاتِ،
حَمَلْتَهُ كَمَا إِصْرًا عَلَيْنَا تَحْمِلْ وَلاَ رَبّنَا أَخْطَأْنَا أَوْ نَسِيْنَا إِنْ نَا لاَتُؤَاخِذْ رَبّنَا
عَنّا وَاعْفُ بِهِ لَنَا طَاقَةَ مَالاَ تًحَمّلْنَا وَلاَ رَبّنَا قَبْلِنَا مِنْ اّلذِيْنَ ى عَلَ
الْكَافِرِيْنَ. الْقَوْمِ عَلَى فَانْصُرْنَا مَوْلاَنَا أَنْتَ وَارْحَمْنَا لَنَا وَاغْفِرْ
.النّارِ عَذَابَ وَقِنَا حَسَنَةً اْلأَخِرَةِ وَفِي حَسَنَةً الدّنْيَا فِي ءَاتِنَا رَبَنَا
العالمين لله رب والحمد


Tidak ada komentar:

Posting Komentar