BAB I
PENDAHULUAN
Dalam buku Ensiklopedi
Islam, Jilid 2 (Jakarta, Ichtar Baru Van Hoeve) dijelaskan bahwa sejarah Islam
telah melalui tiga periode, yaitu periode klasik (650-1250), periode
pertengahan (1250-1800 M), dan periode modern (1800-sekarang).
Pada periode klasik, Islam
mengalami kemajuan dan masa keemasan. Hal ini ditandai dengan sangat luasnya
wilayah kekuasaan Islam, adanya integrasi antarwilayah Islam, dan adanya
kemajuan di bidang ilmu dan sains.
Pada abad pertengahan,
Islam mengalami kemunduran. Hal ini ditandai dengan tidak adanya lagi kekuasaan
Islam yang utuh yang meliputi seluruh wilayah Islam, dan terpecahnya. Islam
menjadi kerajaan-kerajaan yang terpisah. Kerajaan-kerajaan itu antara
lain:
a. Dinasti Usmani
b. Dinasti Safawi
c. Dinasti Mughol
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 DINASTI TURKI UTSMANI
Pemerintahan dinasti usmani
(680-1341 H/1281-1924 M) didirikan oleh Usman Putera Ertugrul, bangsa Turki dan
kabilah oghrz yang berasal dari Mongol, utara negeri China. Pembentukan bangsa
turki yang berasal dari kabilah ughuz ini berawal dari peran mereka dalam
beberapa penaklukan ke negeri yang sebelumnya bukan dari negeri muslim. Dari
migrasi inilah kemudian lahir negara seljuk dan anatolia yang akhirnya di susul
dengan pembentukan dinasti usmani di anatolia dan balkan .[1]
Warga ughuz ,tersebut pada
perang manzikert(1071) berhasil memperdaya kaisar bizantium,dimana pada abad
berikutnya, mereka menyebar di seluruh asia kecil. Migrasi besar-besaran ini di
organisir menjadi kelompok-kelompok pasukan kecil yang di sebut ghazis dibawah
pimpinan kepala suku (beys) atau tokoh suci (babas). Migrasi ini di lakukan
karena keinginan untuk mendapatkan padang rumput yang subur,
mendapatkan harta rampasan dan mengalahkan orang kafir demi perjuangan islam .[2]
Pada abad ke tiga belas,
ketika kesultanan saljuk di Baghdad melemah akibat dari serbuan tentara mongol
pada tahun 1243, dan cengkeraman kekuasaan Byzantium di belahan asia juga mulai
melemah, segera beberapa kerajaan kecil termasuk kerajaan kecil di Kenya
memerdekakan diri dari kekuasaan Seljuk. Daerah-daerah pegunungan sebelah barat
dan bagian utara Anatolia menjadi rebutan antara kelompok yang saling berusaha
menguasai ertughrul salah satu pimpinan di wilayah Negara tentara di wilayah
perbatasan bizantium. Di sana, di bawah pimpinan Erthogrul, mereka
mengabdikan diri kepada Sultan Alauddin II, Sultan Seljuk yang kebetulan sedang
berperang melawan Bizantium. Berkat bantuan mereka, Sultan Alauddin mendapat
kemenangan. Atas jasa baik itu, Alauddin menghadiahkan sebidang tanah di Asia
Kecil yang berbatasan dengan Bizantium. Sejak saat itu, mereka terus membina
wilayah barunya dan memilih kota Syukud sebagai itu kota.[3]
2.1.1 Politik
Pemerintahan
Dinasti
usmani sebagai dinasti nomad lainnya, merupakan dinasti yang membangun
kerajaannya atas dasar aturan kemiliteran dan digunakan untuk
melakukan ekspansi. Politik Ekspansi inilah yang menjadi model seluruh perilaku
politik dinasi Usman. Sehingga sepanjang sejarahnya di lepas dari kebijaksanaan
tersebut dan inilah yang menjadi ukuran kemajuan pada abad pertengahan.Usman
dengan keinginan untuk memperluas kekuasaannya mulai menyerang ke daerah
perbatasan Bizantium dan menaklukan kota broessa (1317 M) yang kemudian di
jadikan ibukotanya (1326 M) begitu juga Orkhan (726-761 H/1326-1359 M) yang
menggantikan ayah juga mengkonsentrasikan pada penakluk-penakluk. Di pilihnya
orkhan yang merupakan anak ke dua dari usman karena mempunyai kecakapan dan
keberanian di banding kakaknya Ala Al Din. Sungguhpun demikian orkhan
memberikan kekuasaan untuk mengatur dan mengwasi persoalan dalam negri kpada
kakaknya. Dalam penaklukan ke kota terakhir milik bizantium, di asia
kecil dapat di kuasai seperti azmir (1327 M), Thawasynli (1330 M), Uskandar
(1338 M),Ankara (1354 M) dan Gallipoli (1356 M).
2.1.2
Social keagamaan dan peradaban
Dinasti
Usmani semenjak terbentuknya telah mengikut sertakan ulama yang di pandang
mempunyai derajat tinggi, mereka sangat di segani karena merupakan pimpinan
mereka masyarakat turki dengan demikian di golongkan berdasarkan agama,bahkan
bahkan kerajaan sangat terikat oleh syari’at sehingga fatwa ulama menjadi hukum
yang harus di taati. Dinasti umani sangat konsisten terhadap agama, sejumlah
madzhab hokum dan tarekat di kendalikan oleh Negara. Hal ini di lakukan dengan
memperluas djukungan terhadap elite ulama dan sufi dan mengantarkan pada
pengorganisasian sistim pendidikan madrasah, mendatangkan ulama dari iran dan
mesir, dan mendirikan perguruan tinggi di Istanbul. Dibentuknya instansi
pendidikan dengan mengangkat instansi islam,”Qadi Mufti”. Namun pengembangan
dan pehatian mereka terhadap agama hanya terbatas pada madzhab sunni. Hal ini
berakibat pada tidak berkembangya ilmu keagamaan kecuali hanya memberikan
uraian dan penjelasan karya klasik semadzhab. Kaum Sufi tersebut
juga sangat penting bagi Negara Karena perannya sangat baesar bagi masyarakat
pedalaman, mereka juga telah dapat berperang , melindungi kaum pelancong,
menengahi perselisihan dan menciptakan tatanan social di pedalaman , bahkan
juga ikut mengambil bagian dalam proses konvrensi.
2.1.3
Kemunduran
dan Kehancuran Kerajaan Turki Usmani
Secara garis besar
kemunduran Usmani mulai terasa sejak pemerintahan Sultan Salim II yang
menggantikan Sultan Sulaiman Al Qanuni pada 1566-1574 M.Di lihat dari
faktor-faktor yang menyebabkan keruntuhan Kerajaan Turki Usmani yang secara
perlahan selama tiga abad dapat dilihat melalui beberapa faktor.Diantaranya
melemahnya semangat Yenisari sehingga menyebabkan berbagai wilayah lepas dari
kekuasaan Turki Usmani, hal ini sudah mulai menunjukkan tanda-tandanya yaitu
saat kekuasaan Salim II, dimana ia menderita kekalahan dari serangan pasukan
gabungan armada Spanyol, bandulia, dan armada sri paus di tahun 1663 M. Pasukan
Usmani juga mengalami kekalahan dalam pertempuran di Hungaria di tahun 1676 M.
Pada 1669 M, Turki Usmani mengalami kekalahan di Mohakez sehingga terpaksa
menandatangani perjanjian Karlowitz yang isinya kerajaan Usmani harus
menyerahkan seluruh wilayah hungaria dan pada 1770 M pasukan Rusia mengalahkan
pasukan Usmani di asia kecil.Luasnya wilayah dan buruknya sistem pemerintahan
pasca sulaiman Al qanuni juga membuat hilangnya keadilan, dan merajalelanya
korupsi dikalangan istana. Heterogenitas penduduk menyebabkan kurangnya
semangat persatuan. Terlebih Usmani merupakan kerajaan ayng coraknya militer.
Padahal militerisme diakui sangat sulit untuk membentuk suatu persatuan.Sangat
disayangkan pula bila kehidupan istana jauh dari nilai-nilai keislaman, justru
sikap bermegah-megahan dan istimewa serta memboroskan uang terjadi pula di
kerajaan turki Usmani. Hal ini setidaknya terjadi akibat pengaruh kehidupan
barat yang masuk ke istana. Terlebih pemborosan harta ini terjadi saat
perekonomian mulai mengalami kemerosotan yang sangta tajam, apalagi untuk
pembiayaan angkatan perang yang diharapkan mampu meraih ghanimah malah
mengalami kekalahan yang berturut-turut.Kemuduran di kalangan istana ini,
diambil kesempatan oleh wilayah-wilayah turki dalam upaya memerdekakan diri.
Terlebih setelah munculnya semangat nasionalisme. Bangsa-bangsa yang tunduk
pada usmani, mulai menyadari akan kelemahan kerajaan tersebut. Maka walaupun
kerajaan usmani memperlakukan mereka sebaik mungkin, namun dalam benak mereka
tetap saja bila Usmani adalah penjajah yang datang menyerbu dan menguasai
wilayah mereka. Dimulailah usaha untuk melepaskan diri dari pemerintahan
Usmani, di Mesir misalnya, Yenisari justru bekerjasama dengan dinasti mamalik
dan akhirnya berhasil merebut kembali wilayah mesir pada 1772 M hingga
kedatangan Napoleon pada !789 M. Lalu ada gerakan wahabisme di tanah arab yang
dipelopori oleh Muhammad bin Abdul wahab yang bekerjasama dengan keluarga Saud,
dan akhirnya berhasil memukul mundur kekuasaan turki dengan bantuan tetara
Inggris dari jazirah Arab. Keluarga saud sendiri memproklamirkan sebagai
penguasa arab maka wilayah jazirah arab selanjutnya dinamakan Saudi
Arabia.Kemajuan teknologi barat juga tidak bisa dilepaskan sebagai salah satu
faktor penentu kehancuran wilayah turki usmani, dimana sistem kemiliteran
bangsa barat selangkah lebih maju dibandingkan dengan kerajaan turki usmani.
Oleh karena itu saat terjadi kontak senjata maupun peperangan yang terjadi
belakangan, tentara turki selalu mengalami kekalahan. Terlebih Turki Usmani
sangat tidak mendorong berkembangnya ilmu pengetahuan, maka otomatis peralatan
perangnya pun semakin ketinggalan jaman. Saat Turki Usmani mulai berbenah,
sudah terlambat karena wilayahnya sedikit demi sedikit mulai menyusut karena
melepaskan diri dan sulit untuk menyatukannya kembali.Akhirnya pada 1924, Kemal
Attaturk memaksa Sultan Hamid II untuk menyerahkan kekuasaan Turki Usmani
setelah kemal melakukan gerakan pembaharuan melalui Turki Muda nya, dan
penyerahan kekuasaan ini menjadikan Turki Usmani telah berakhir riwayatnya dan
kemudian digantikan oelh Republik Turki yang sekuler.Kehancuran Kerajaan Turki
Usmani ini, membuat bangsa-bangsa eropa semakin mudah menguasai dan menjajah
wilayah-wilayah ynag dulu diduduki oleh Usmani yang mayoritas muslim. Maka
sejak itulah umat islam berada dalam situasi dijajah oleh bangsa non muslim.
Sungguh ironis karena ini lebih baik oleh bangsa turki karena bagaimanapun juga
Turki Usmani adalah muslim.
Factor-Faktor yang mendorong kemunduran dan
kejatuhan dinasti Usmani antara lain :
1. Kemerosotan kapasitas penguasa dan pejabat-pejabat
Negara pusat. Setelah sulaiman al qonuni para sultan usmani tidak memiliki
ketajaman pengelihatan terhadap realitas dunia politik dibalik
intrik harem maka berkuasalah sultan yang tidak cakap dan berakibat turunnya otoritas
secara drastis.sejumlah sultan akhirnya melepaskan diri berbagai urusn Negara.
Disamping itu pangeran muda juga terbelenggu pada harem yang mengnhalangi
keterbatasan dalam jabatan militer dan administrative, mmenghilangkan pangeran
dan kegiatan pendidikan, sedang jannisari sebagai pasukan elit usmani telah
kehilangan kedisiplinan dan loyalitasnya pada Negara akibat pembentukan militer
kaum budak dan merosotnya ekonomi karena tidak ada ekspansi yang menghilangkan
harta rampasan[6]
2. Terbentuknya system desentralisasi kekuasaan
Karen terhentinya ekspansi. Akibatnya institusi kenegaraan kehilangan loyalitas
administrative dan militer,timbilnya pemberontakan dan keerosotan ekonomi
berakhir dengan kekalahan militer.
3. Bangkitnya kekuatan Eropa, sejak awal abad 16
Usmani telah bersaing dengan portugis memperebutkan kekuasaan jalur perdagangan
dari samudra hindia, kemudian di susul belanda dan inggris.
4. Pemberontakan-pemberontakan internal, mulai dari
Makkah, Wahabiyah, Druze dan pemberontakan di Wilayah pusat kekuasaan telah
memperlemah kekuatan militer dan politik.
2.2 DINASTI SAFAWI
Dinasti safawi (907-1148 H/1501-1736 M) didirikan
oleh ismail ibn haider di wilayah Persia. Penamaan dinasti ini dengan dinasti
safawi karena kelahiran dinasti ini berawal dari gerakan tarekat syafawiyah.
Gerakan tarekat syafawiyah didirikan oleh safi al din ishak al Ardabily
(1252-1334 M) yang berpusat, di Ardabil Azerbaijan. Ia merupakan murid dari
seorang mursyid terikat di kota jilan dekat kaspia, syeikh taj al din Ibrahim
zahidi (1218-1301 M) yang kemudian di ambil menantu dan kemudian menggantikan
kedudukannya. Mengenai aal usul safi al din ada dua riwayat yakni ia keturunan
musa al kazim, imam ketujuh syiah imamiah dan ia asli keturunan penduduk asli
iran dari Kurdistan dan seorang sunni bermadzhab syafi’i[4].
Setelah kematian shaf al din, kedudukannya diganti oleh anaknya,
Sadr Al Din Musa (1334-1399 M) dan di teuskan kepemimpinan terikat diteruskan
oleh anaknya bernama Ibrahim.
Perjalanan terikat Safawiah
menuju terbentuknya dinasti Safawi dapat di bedakan menjadi dua fase. Pertama :
sebagai gerakan terikat murni. Pada fase ini ada dua kecenderungan yang
berkembang dalam terikat tersebut yakni; Sunni saat di pimpin oleh Shafi al
Din, dan Sadr al Din. Syiah, terjadi setelah wafatnya Sadr al Din pada masa
khawaja Ali, sikap syiahnya sangat toleran, tapi pada masa Ibrahim ia bersikap
ekstrim pada syiah itsna Asyariah. Kedua; sebagai gerakan politik, terjadinya
pada masa junaid ibnu Ibrahim (1447-1460). Beralihnya sikap gerakan ini kepada
gerakan politik karena gerakan ini mendapat dukungan luas dari masyarakat
Persia yang sudah terpengaruh oleh ajaran terikat syafawiah.
Terpengaruhnya masyarakat Persia pada terikat ini antara lain Karena, banyaknya
orang Persia yang mencari ketenangan hidup dengan memilih jalan hidup tasawuf,
sebab bosan dengan suasana hidup yang penuh dengan peperanngan dan perebutan
kekuasaan, seperti hulagu yang mendirikan dinasti ilkhan di Persia,
penghancuran timur lenk terhadap dinasti Muzaffariyah di pesia selatan (1393
M),dananak cucu Timur lenk saling berebut kekuasaan.
2.2.1 Politik pemerintahan
Dinasti
safawi dinasti agama karena lebih di landasi oleh praktk syiah itsna Ayariyah.
Sebagaimana dinasti yang muncul pada masa disintegrasi, seperti fatimiah yang
Syii, Ayyubiyah yang sunni. Dengan gagasan ideologi Syiah yang menjadi perekat
konsolidasi, nasionalisme safawi dalam waktu sepuluh tahun mampu menguasai
wilayah-wilayah yang nantinya pada nasa modern menjadi wilayah Negara iran.
Kekuasaan safawi meliputi seluruh Persia dan bagian timur bulan Kaspia (1505)
sekedar tapal batas Diyar Bakr (1508) barat daya Persia, (1509) sirwan (1510)
Khurasan. Tapi kemenangan dan kemampuan ismail membendung kekuasaan safawi yang
Syii ini telah melalaikannya karena rasa superioritas dan fanatisme. Dalam
kenyataan superioritas tersebut tidak bias membenu serangan usmaniah. Dia
berhasil di taklukan oleh sultan salim I(turki usmani) dalam suatu pertempuran
besar yang terjadi pada 23 Agustus 1514 M di Chaldiran ,dekat Tibris.
.2.2.2 Aspek peradaban
Tanah
persia dikenal merupakan tanah subur untuk pengembangan pertanian dan wilayah Asia
minor yang dikenal dunia sebagai bulan sabit subur besar
kontribusinya dalam meningkatkan ekonomi bangsa Persia, wilayah itu pada masa
Abbas I telah menjadi wilayah Safawi. Dengan pencapaian ekonomi, daerah Safawi
dapat mengembangkam peradabannya.
Di
bidang pembangunan fisik, kerajaan safawi telah menciptakan Isfahan ibukota
kerajaan, menjadi kota yang sangat indah. Menurut catatan Lapidus[5] di
ibukota Isfahan di bangun lebih dari 162 Masjid dan yang terkenal adalah Masjid
Shah (1611 M) serta Masjid Shaykh Lutf Allah (1603
M) juga pada masa Abbas I telah di bangun 48 perguruan tinggi, 1821
buah losmen dan 273 pemandian umum ,182 pusat peragangan. Kesemuanya itu
dibangun pada masa Abbas I dan(di sempurnakan ) penggantinya, Abbas II
(1642-1666).
2.2.3 Kemunduran dan Kehancuran Dinasti Safawi
Banyak faktor yang mewarnai
kemunduran kerajaan safawi, diantaranya dari perebutan kekuasaan dikalangan
keluarga kerajaan. Diakui bahwa Syah-syah yang menggantikan Abbas I sangat
lemah.Safi Mirza merupakan pemimpin yang lemah dan kelemahan ini dilengkapinya
oleh kekejaman yang luar biasa terhadap pembesar-pembesar kerajaan karena
sifatnya yang pecemburu. Pada masa pemerintahan Mirza inilah kota Qandahar
lepas dari penguasaan Safawi karena direbut oleh kerajaan Mughal yang pada saat
itu dipimpin oleh Syah Jehan. Baghdad sendiri direbut oleh Kerajaan
Usmani.Abaas II konon seorang raja pemabuk, akan tetapi di tangannya kota
Qandahar bisa direbut kembali. Kebiasaan mabuk inilah yang menamatkan
riwayatnya. Demikian halnya dengan sulaiman, ia seorang pemabuk dan selalu
bertindak kejam terhadap pembesar istana yang dicurigainya. Selama tujuh tahun
ia tak pernah memerintah kerajaan.Diyakini, konflik dengan turki Usmani adalah
sebab pertama yang menjadikan Safawi mengalami kemunduran. Terlebih Turki
Usmani merupakan kerajaan yang lebih kuat dan besar daripada Safawi. Hakikatnya
ketegangan ini disebabkan oleh konflik Sunni-Syi’ah.Syah Husain adalah raja
yang alim akan tetapi kealiman Husain adalah suatu kefanatikan tehadap Syi’ah.
Karena dia lah ulama syi’ah berani memaksakan pendiriannya terhadap golongan
sunni. Inilah yang menyebabkan timbulnya kemarahan golongan sunni di
afganistan. Dan pemberontakan inilah yang mengakhiri kisah kerajaan
safawi.Pemberontakan bangsa afgan dimulai pada 1709 M di bawah pimpinan Mir
Vays yang berhasil merebut wilayah Qandahar. Lalu disusul oleh pemberontakan
suku Ardabil di Herat yang berhasil menduduki Mashad.Mir Vays digantikan oleh
Mir Mahmud sebagai penguasa Qandahar. Di bawahnyalah, keberhasilan menyatukan
suku afgan dengan suku ardabil. Dengan kekuatan yang semakin besar, Mahmud
semakin terdorong untuk memperluas wilayah kekuasaannya dengan merebut wilayah
afgan dari tangan safawi. Bahkan ia melakukan penyerangan terhadap Persia untuk
menguasai wilayah tersebut.Penyerangan demi penyerangan ini memaksa Husain untuk mengakui
kekuasaan Mahmud. Oleh Husain, Mahmud diangkat menajdi gubernur di Qandahar
dengan gelar husain Quli Khan yang berarti Budak Husain. Dengan pengakuan ini
semakin mudah bagi Mahmud untuk menjalankan siasatnya. Pada 1721 M ia berhasil
merebut Kirman. Lalu menyerang Isfahan, mengepung ibu kota safawi itu selama
enam bulan dan memaksa Husain menyerah tanpa syarat. Pada 12 oktober 1722 M
Syah Husain menyerah dan 25 oktober menjadi hari pertama Mahmud memasuki kota
Isfahan dengan kemenangan.Tak menerima semua ini, Tahmasp II yang merupakan
salah seorang putra Husain dengan dukungan penuh suku Qazar dari rusia,
memproklamirkan diri sebagai penguasa Persia dengan ibu kota di Astarabad. Pada
1726 M, Tahmasp bekerja sama dengan Nadir khan dari suku afshar untuk memerangi
dan mengusir bangsa afgan yang menduduki Isfahan.Asyraf sebagai pengganti Mir
Mahmud berhasil dikalahkan pada 1729 M, bahkan Asyraf terbunuh dalam
pertempuran tersebut. Dengan kematian Asyraf, maka dinasti Safawi berkuasa
lagi.Pada Agustus 1732 M, Tahmasp II dipecat oleh Nadir Khan dan digantikan
oleh Abbas III yang merupakan putra Tahmasp II, padahal usianya masih sangat
muda. Ternyata ini adalah strategi politik Nadir Khan karena pada tanggal 8
maret 1736, dia menyatakan dirinya sebagai penguasa persia dari abbas III. Maka
berakhirlah kekuasaan dinasti Safawi di Persia.Kehancuran safawi juga dikarenakan
lemahnya pasukan Ghulam yang diandalkan oleh safawi pasca penggantian tentara
Qizilbash. Hal ini karena pasukan Ghulam tidak dilatih secara penuh dalam
memahami seni militer. Sementara sisa-sisa pasukan qizilbash tidak memiliki
mental yang kuat dibandingkan dengan para pendahulu mereka. Sehingga membuat
pertahanan militer Safawi sangat lemah dan mudah diserang oleh
lawan.Demikianlah dinamika kekhalifahan Safawi di Persia. Sistem Syi’ah ini,
diakui atau tidak, walau safawi telah hancur, masih memiliki sisa-sisanya. Yang
paling jelas tentulah dalam pemerintahan Republik Islam Iran dewasa ini.
Meskipun tidak secara penuh diadopsi, tapi inti dari yang dulu oleh Safawi
rumuskan dan dilembagakan tetap menjadi dasar yang tidak dapat dinafikan begitu
saja.
2.3
DINASTI MUGHAL INDIA
Kerajaan Mughal bukanlah kerajaan Islam pertama di
anak benua India. Awal kekuasaan Islam di wilayah India terjadi pada masa
Khalifah al-walid, dari dinasti Bani Umayyah. Penaklukan wilayah ini dilakukan
oleh tentara Bani umayyah di bawah pimpinan Muhammad ibn Qosim. Pada fase
desintegrasi dinasti Ghaznawi mengembangkan kekuasaannya di India di bawah
pimpinan Sultan mahmud dan pada tahun 1020 M, ia berhasil menaklukkan hampir
semua kerajaan Hindu di wilayah ini, sekaligus mengislamkan sebagian
masyarakatnya. Setelah dinasti Ghaznawi hancur, muncul dinasti-dinasti kecil
seperti Mamluk (1206-1290 M), Khalji (1296-1316 M), Tuglug (1320-1412 M) dan
dinasti-dinasti lain.
Kerajaan Mughal di India dengan Delhi sebagai ibu
kota, didirikan oleh Zahiruddin Babur (1482-1530 M), salah satu dari cucu Timur
Lenk. Ayahnya bernama Umar Mirza, penguasa Ferghana. Babur mewarisi daerah
Ferghana dari orang tuanya ketika ia masih berusia 11 tahun. Ia berambisi dan
bertekad akan menaklukkan Samarkand yang menjadi kota penting di Asia Tengah
pada masa itu. Pada mulanya ia mengalami kekalahan tetapi karena mendapat
bantuan dari Raja Syafawi, Ismail I, akhirnay ia berhasil manaklukkan Samarkand
tahun 1494 M. Pada tahun 1504 M ia menduduki Kabul, ibukota Afghanistan.
Setelah Kabul dapat ditaklukkan, Babur meneruskan
ekspansinya ke India. Kala itu Ibrahim Lodi, penguasa India, dilanda krisis
sehingga stabilitas pemerintahan menjadi kacau. Alam Khan, paman dari Ibrahim
Lodi, bersama-sama Daulat Khan, Gubernur Lahore, mengirim utusan ke Kabul,
meminta bantuan Babur untuk menjatuhkan pemerintahan Ibrahim di Delhi.
Permohonan itu langsung diterimanya. Pada tahun 1512 M, Babur berhasil
menguasai Punjab denagn ibukotanya Lahore. Setelah itu, ia memimpin tentaranya
menuju delhi. Pada tanggal 21 April 1526 M terjadilah pertempuran yang dahsyat
di Panipat. Ibrahim beserta ribuan tentaranya terbunuh dalam pertempuran itu.
Babur memasuki kota Delhi sebagai pemenang dan menegakkan pemerintahannya di
sana. Dengan demikian, berdirilah Kerajaan Mughal di India.
Setelah karajaan Mughal berdiri, raja-raja Hindu di
seluruh India menyusun angkatan perang yang besar untuk menyerang Babur. Namun,
pasukan Hindu ini dapat dikalahkan Babur. Sementara itu, di Afghanistan masih
ada golongan yang setia kepada keluarga Lodi. Mereka mengangkat adik kandung
Ibrahim Lodi, Mahmud, menjadi Sultan. Tetapi Sultan Mahmud Lodi dengan mudah
dikalahkan Babur dalam pertempuran dekat Gogra tahun 1529 . Pada tahun 1530 M
Babur meninggal dunia dalam usia 48 tahun setelah memerintah selama 30 tahun,
dengan meninggalkan kejayaan-kejayaan yang cemerlang. Pemerintahan selanjutnya
dipegang oleh anaknya humayyun.
Humayyun, putera sulung Babur, dalam melaksanakan
pemerintahan banyak menghadapi tantangan. Sepanjang masa kekuasaannya selama
sembilan tahun (1530-1539 M) negara tidak pernah aman. Ia senantiasa berperang
melawan musuh. Di antara tantangan yang muncul ialah pemberontakan Bahadur
Syah, penguasa Gujarat yang memisahkan diri dari Delhi. Pemberontakan ini dapat
dipadamkan. Bahadur Shah melarikan diri dan Gujarat dapat dikuasai. Pada tahun
1540 M terjadi pertempuran dengan Sher Khan di Kanauj. Dalam pertempuran ini
Humayyun mengalami kekalahan.
Ia terpaksa melarikan diri ke Kandahar dan
selanjutnya ke Persia. Di persia ia menyusun kembali tentaranya. Kemudian dari
sini ia menyerang musuh-musuhnya dengan bantuan raja Persia, Tahmasp. Humayyun
dapat mengalahkan Sher Khan Shah setelah hampir 15 tahun berkelana meninggalkan
Delhi. Ia kembali ke India dan menduduki tahta kerajaan Mughal pada tahun 1555
M. Setahun setelah itu (1556 M) ia meninggal dunia karena terjatuh dari tangga
perpustakaannya, Din Panah.
Humayyun digantikan oleh anaknya, akbar, yang
berusia 14 tahun. Karena ia masih muda, maka urusan kerajaan diserahkan kepada
Bairam Khan, seorang Syi’i. Pada masa akbar inilah kerajaan Mughal mencapai
masa keemasannya. Di awal pemerintahannya, Akbar menghadapi pemberontakan
sisa-sisa keturunan Sher Khan Shah yang masih berkuasa di Punjab. Pemberontakan
yang mengancam kekuasaan Akbar adalah itu berusaha memasuki kota Delhi. Bairam
khan menyambut kedatangan pasukan tersebut sehingga terjadilah peperangan yang
dahsyat, yang disebut Panipat II pada tahun 1556 M. Himu dapat dikalahkan. Ia
ditangkap, kemudian dieksekusi. Dengan demikian, Agara dan Gwalior dapat
dikuasai penuh.
Setelah Akbar dewasa ia berusaha menyingkirkan
Bairam Khan yang sudah mempunyai pengaruh sangat kuat dan terlampau memaksakan
kepentingan aliran Syi’ah. Bairam khan memberontak, tetapi dapat dikalahkan
oleh Akbar di Julllandur tahun 1561 M. Setelah persoalan-persoalan
dalam negeri dapat diatasi, Akbar mulai menyusun program ekspansi. Ia berhasil
menguasai Chundar, Ghond, Chitor, Ranthabar, Kalinjar, Gujarat, Surat,
Bihar, Benal, Kashmir, Orissa, Deccan, Gawigarh, Narhala, Ahmadnagar, dan
Asirgah. Wilayah yang sangat luas itu diperintah dalam suatu pemerintahan
militeristik.
Dalam pemerintahan militeristik tersebut, Sultan
adalah penguasa diktator; pemerintahan daerah dipegang oleh seorang sipah salar
(kepala komandan), sedang sub-distrik dipegang oleh faujdar (komandan),
Jabatan-jabatan sipil juga diberi jenjang kepangkatan yang bercorak
kemiliteran. Pejabat-pejabat itu memang diharuskan mengikuti latihan
kemiliteran. Akbar juga menerapkan apa yang dinamakan dengan politik sulakhul
(toleransi universal). Dengan politik ini, semua rakyat India dipandang sama.
Mereka tidak dibedakan karena perbedaan etnis dan agama.
Kemajuan yang dicapai Akbar masih dapat
dipertahankan oleh tiga sultan berikutnya. Tiga sultan penerus Akbar ini memang
terhitung raja-raja yang besar dan kuat. Orang-orang Moghul berhasil terus
memerintah sampai 1739. Setelah itu, kemajuan kerajaan Mughal tidak dapat
dipertahankan oleh raja-raja berikutnya. Terjadi rekonsiliasi selama abad 18
antara Hindu dan Muslim di istana. Mereka belajar untuk saling memahami bahasa
masing-masing dan membaca serta menerjemahkan buku-buku dari Eropa
bersama-sama. Tapi para pemimpin Sikh dan Hindu dari daerah pegunungan masih
menentang pemerintahan ini, dan di kawasan barat laut suku-suku Afghan yang
menurunkan Kerajaan Safawiah di Iran tidak berhasil membangun sebuah imperium
Muslim yang baru di India. Muslim India mulai merasa tidak nyaman dengan posisi
mereka, dan masalah mereka memunculkan banyak kesulitan dan perdebatan
berkelanjutan yang menyita perhatian Muslim selama periode modern.
Sekarang mereka merasa bahwa mereka adalah
minoritas yang terhimpit di sebuah daerah yang bukan kawasan pinggiran, seperti
jantung imperium Ottoman Anatolia, melainkan salah satu dari kebudayaan inti
dunia yang berperadaban. Mereka tidak hanya melawan Hindu dan Sikh, tapi orang
Inggris juga membangun sebuah perdagangan yang kuat di benua kecil tersebut,
yang jadi semakin politis. Untuk kali pertamanya, Muslim menghadapi prospek
untuk diatur oleh orang-orang yang tidak setia, dan mengingat pentingnya ummah
dalam ketaatan Islam , ini jelas mengganggu. Ini bukan sekedar masalah politik,
tapi menyentuh celah terdalam dari diri mereka. Ketidakyakinan yang baru akan
terus memberikan ciri kehidupan Muslim di India.
Kemantapan stabilitas politik karena sistem
pemerintahan yang diterapkan Akbar membawa kemajuan dalam bidang-bidang yang
lain. Dalam bidang ekonomi, kerajaan Mughal dapat mengembangkan program
pertanian, pertambangan dan perdagangan. Akan tetapi, sumber keuangan negara
lebih banyak bertumpu pada sektor pertanian. Di sektor pertanian ini,
komunikasi antara pemerintah dan petani diatur dengan baik pengaturan itu
didasarkan atas lahan pertanian. Deh merupakan unit lahan pertanian terkecil.
Beberapa deh tergabung dalam pargana (desa). Komunitas petani dipimpin oleh
seorang mukaddam. Melalui para mukaddam itulah pemerintah berhubungan dengan
petani. Kerajaan berhak atas sepertiga dari hasil pertanian di negeri itu.
Hasil pertanian kerajaan Mughal yang terpenting ketika itu adalah biji-bijian,
padi, kacang, tebu, sayur-sayuran, rempah-rampah, tembakau, kapas, nila, dan
bahan-bahan celupan.
Di samping untuk kebutuhan dalam negeri,hasil
pertanian itu diekspor keEropa, Afrika, Arabia, dan Asia Tenggara bersaman
dengan hasil kerajinan, seperti pakaian tenun dan kain tipis bahn gordyn yang
banyak diproduksi di Gujarat dan Bengal. Untuk meningkatkan produksi,Jehangir
mengizinkan Inggris (1611 M) dan Belanda (1617 M) mendirikan pabrik pengolahan
hasil pertanian di Surat.
Bersamaan dengan majunya bidang ekonomi, bidang
seni dan budaya juga berkembang. Karya seni yang menonjol adalah karya satera
gubahan penyair istana, baik yang berbahasa Persia maupun berbahasa India.
Penyair India yang terkenal adalah Malik Muhammad Jayazi, seorang sasterawan sufi
yang menghasilkan karya besar berjudul Padmavat, sebuah karya alegoris yang
mengandung pesan kebajikan jiwa manusia. Pada masa Aurang zeb, muncul
seorang sejarawan bernama Abu Fadl dengan karyanya Akhbar Nama dan Aini
Akhbari, yang memaparkan sejarah kerajaan Mughal berdasarkan figur pemimpinnya.
Karya seni yang masih dapat dinikmati sekarang dan
merupakan karya seni terbesar yang dicapai kerajaan Mughal adalah karya-karya
arsitektur yang indah dan mengagumkan. Pada masa Akbar dibangun istana Fatpur
Sikri di Sikri, villa dan mesjid-mesjid yang indah. Pada masa Syah Jehan
dibangun mesjid berlapiskan mutiara dan Taj Mahal di Agra,Mesjid Raya Delhi dan
istana indah di Lahore.
Kemunduran dan Kehancuran
Dinasti Mughal di India
Sepeninggalan Aurangzeb
pada 1707 M, kesultanan mughal mulai menunjukkan tanda-tanda kemunduran karena
generasi pemimpin selanjutanya sangat lemah.Tercatat sultan-sultan pasca
Aurangzeb adalah sebagai berikut:1. Bahadur Syah I (1707-1712 M)2. Azimusyah
(1712-1713 M)3. Farukh siyar (1713-1719 M)4. Muhammad syah (1719-1748 M)5.
Ahmad Syah (1748-1754 M)6. Alamghir II (1754-1759 M)7. Syah Alam (1761-1806
M)8. Akbar (1806-1837 M).9. Bahadur Syah II (1837-1858 M)Kemunduran ini
ditandai dengan konflik dikalangan keluarga kerajaan, yang intinya adalah
saling berebut kekuasaan. Keturunan Babur hampir semuanya memiliki watak yang
keras dan ambisius, sebagaimana nenek moyang mereka yaitu Timur Lenk yang juga
memiliki sifat demikian.Ketika Jehangir menggantikan Abbas I, mendapat
tentangan dari saudaranya, Khusraw yang juga ingin tampil sebagai penguasa
Mughal. Lalu saat Syah Jihan menggantikan Jehangir, giliran ibu tiri beliau
yang menentang karena ingin anaknya yaitu Khurram , menggantikan Jehangir.
Begitu pun saat Syah Jihan mulai mendekati ajalnya, anak-anak Syah Jihan
diantaranya Aurangzeb, Dara siqah, Shujah, dan Murad Bakhs saling berebut
kekuasaan hingga menyebabkan perang saudara yang berkepanjangan.Faktor lainnya
yang sangat berpengaruh adalah serangan dari kerajaan atau kekuatan luar.
Serangan ini mulanya dilakukan oleh kerajaan Safawi di persia yang
memperebutkan wilayah Qandahar. Pada 1622 m, daerah ini berhasil dikuasai oleh
Safawi. Pada 1739 M, Nadir Syah dari Safawi menyerbu Mughal dengan alasan bahwa
Mughal tidak mau menerima duta bangsa yang dikirim olehnya. Lalu disusul
ketegangan dengan Afganistan pada masa pemerintahan Muhammad Syah, kerajaan
Mughal mendapat serangan dari suku afgan yang dipimpin oleh Ahmad Syah. Pada
1748 ahmad Syah berhasil menguasai Lahore.Pemberontakan Hindu juga turut
memperkeruh suasana. Hindu yang merupakan mayoritas di sana, tidak senang
menjadi warga kelas dua dibandingkan islam yang menjadi warga kelas satu
padahal jumlahnya minoritas. Hal ini menimbulkan banyak sekali pemberontakan
yang membuat repot kerajaan Mughal terlebih disaat yang hampir bersamaan muncul
pula tekanan dari Inggris.Keruntuhan Mughal juga dipengaruhi oleh faktor
ekonomi, dimana kemunduran politik negeri ini sangat menguntungkan
bangsa-bangsa barat untuk menguasai jalur perdagangan . Persaingan diantara
mereka akhirnya dimenangi oleh Inggris yang kemudian untuk memperkuat
pengaruhnya, mendirikan EIC (East India Company). Dengan mendatangkan pasukan
kerajaan inggris untuk mengamankan dan mestabilkan wilayahnya. Menyadari
kekuatan Mughal semakin menurun, maka Syah Alam membuat perjanjian dengan
Inggris, dimana ia menyerahkan Oudh, Bengal dan Orisa kepada inggris. Monopoli
Inggris yang sangat otoriter dan cenderung keras, membuat rakyat Mughal yang
muslim maupun Hindu, bersama-sama mengadakan pemberontakan. Akan tetapi dapat
dikalahkan walaupun dalam serangan itu, pasukan Hindu yang memulainya, akan
tetapi Inggris melihat umat islam dan Bahadur Syah II, ikut campur dalam
penyerangan itu. Maka sebagai hukumannya, inggris memporak-porandakan wilayah
Mughal dengan kekuatan senjatanya yang selangkah lebih maju dibandingkan
pasukan Mughal dan Hindu. Masjid dan Candi menjadi sasaran penghancuran.
Bahdaur sendiri di usir dari istana pada 1858 M, maka sejak saat itu berakhirlah
kekuasaan kerajaan Mughal di India dan digantikan oleh imperialisme Inggris.
BAB III
PENUTUP
Tiga
kerajaan Islam penting diciptakan pada akhir abad 15 dan awal abad 16: Kerajaan
Usmani di Turki, Kerajaan Mughal di India, dan Kerajaan Safawi di Persia. Tiga
Kerajaan penting tersebut tampak lebih memusatkan pandangan mereka pada tradisi
demokratis Islam, dan membangun imperium absolute. Hampir setiap segi kehidupan
umum dijalankan dengan ketepatan sistematis dan birokratis dan berbagai
kerajaan mengembangkan sebuah administrasi yang rumit. Ketiga kerajaan besar
ini seperti membangkitkan kembali kejayaan Islam setelah runtuhnya Bani
Abbasiyah. Namun, kemajuan yang dicapai pada masa tiga kerajaan besar ni
berbeda dengan kemajuan yang dicapai pada masa klasik Islam.
Kemajuan pada masa klasik
jauh lebih kompleks. Di bidang intelektual, kemajuan di zaman klasik. Dalam
bidang ilmu keagamaan, umat Islam sudah mulai bertaklid kepada imam-imam besar
yang lahir pada masa klasik Islam. Kalau pun ada mujtahid, maka ijtihad yang
dilakukan adalah ijtihad fi al-mazhab, yaitu ijtihad yang
masih berada dalam batas-batas mazhab tertentu. Tidak lagi ijtihad mutlak,
hasil pemikiran bebas yang mandiri. Filsafat dianggap bid’ah. Kalau pada masa
klasik, umat Islam maju dalam bidang politik, peradaban, dan kebudayaan,
seperti dalam bidang ilmu pengetahuan dan pemikiran filsafat, pada masa tiga
kerajaan besar kemajuan dalam bidang filsafat — kecuali sedikit berkembang di
kerajaan Safawi Persia — dan ilmu pengetahuan umum tidak didapatkan lagi.
Kemajuan yang dapat dibanggakan pada masa ini hanya dalam bidang politik,
kemiliteran, dan kesenian, terutama arsitektur.
Daftar
Pustaka
[3] Ahmad
Syalabi, Sejarah dan Kebudayaan
Islam:Imperium Turki Usmani,(Jakarta: Kalam Mulia, 1988), hlm. 2.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar