Jumat, 22 Februari 2013

Sejarah Dinasti Usmani, Safawi, & Mughal


BAB I
PENDAHULUAN
Dalam buku Ensiklopedi Islam, Jilid 2 (Jakarta, Ichtar Baru Van Hoeve) dijelaskan bahwa sejarah Islam telah melalui tiga periode, yaitu periode klasik (650-1250), periode pertengahan (1250-1800 M), dan periode modern (1800-sekarang).
Pada periode klasik, Islam mengalami kemajuan dan masa keemasan. Hal ini ditandai dengan sangat luasnya wilayah kekuasaan Islam, adanya integrasi antarwilayah Islam, dan adanya kemajuan di bidang ilmu dan sains.
Pada abad pertengahan, Islam mengalami kemunduran. Hal ini ditandai dengan tidak adanya lagi kekuasaan Islam yang utuh yang meliputi seluruh wilayah Islam, dan terpecahnya. Islam menjadi kerajaan-kerajaan yang terpisah. Kerajaan-kerajaan itu antara lain: 
a.       Dinasti Usmani
b.      Dinasti Safawi
c.       Dinasti Mughol
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 DINASTI TURKI UTSMANI
Pemerintahan dinasti usmani (680-1341 H/1281-1924 M) didirikan oleh Usman Putera Ertugrul, bangsa Turki dan kabilah oghrz yang berasal dari Mongol, utara negeri China. Pembentukan bangsa turki yang berasal dari kabilah ughuz ini berawal dari peran mereka dalam beberapa penaklukan ke negeri yang sebelumnya bukan dari negeri muslim. Dari migrasi inilah kemudian lahir negara seljuk dan anatolia yang akhirnya di susul dengan pembentukan dinasti usmani di anatolia dan balkan .[1]
Warga ughuz ,tersebut pada perang manzikert(1071) berhasil memperdaya kaisar bizantium,dimana pada abad berikutnya, mereka menyebar di seluruh asia kecil. Migrasi besar-besaran ini di organisir menjadi kelompok-kelompok pasukan kecil yang di sebut ghazis dibawah pimpinan kepala suku (beys) atau tokoh suci (babas). Migrasi ini di lakukan karena keinginan untuk mendapatkan padang rumput  yang subur, mendapatkan harta rampasan dan mengalahkan orang kafir demi perjuangan islam .[2]   
Pada abad ke tiga belas, ketika kesultanan saljuk di Baghdad melemah akibat dari serbuan tentara mongol pada tahun 1243, dan cengkeraman kekuasaan Byzantium di belahan asia juga mulai melemah, segera beberapa kerajaan kecil termasuk kerajaan kecil di Kenya memerdekakan diri dari kekuasaan Seljuk. Daerah-daerah pegunungan sebelah barat dan bagian utara Anatolia menjadi rebutan antara kelompok yang saling berusaha menguasai ertughrul salah satu pimpinan di wilayah Negara tentara di wilayah perbatasan bizantium. Di sana, di bawah pimpinan Erthogrul, mereka mengabdikan diri kepada Sultan Alauddin II, Sultan Seljuk yang kebetulan sedang berperang melawan Bizantium. Berkat bantuan mereka, Sultan Alauddin mendapat kemenangan. Atas jasa baik itu, Alauddin menghadiahkan sebidang tanah di Asia Kecil yang berbatasan dengan Bizantium. Sejak saat itu, mereka terus membina wilayah barunya dan memilih kota Syukud sebagai itu kota.[3]
2.1.1 Politik Pemerintahan
            Dinasti usmani sebagai dinasti nomad lainnya, merupakan dinasti yang membangun kerajaannya  atas dasar aturan kemiliteran dan digunakan untuk melakukan ekspansi. Politik Ekspansi inilah yang menjadi model seluruh perilaku politik dinasi Usman. Sehingga sepanjang sejarahnya di lepas dari kebijaksanaan tersebut dan inilah yang menjadi ukuran kemajuan pada abad pertengahan.Usman dengan keinginan untuk memperluas kekuasaannya mulai menyerang ke daerah perbatasan Bizantium dan menaklukan kota broessa (1317 M) yang kemudian di jadikan ibukotanya (1326 M) begitu juga Orkhan (726-761 H/1326-1359 M) yang menggantikan ayah juga mengkonsentrasikan pada penakluk-penakluk. Di pilihnya orkhan yang merupakan anak ke dua dari usman karena mempunyai kecakapan dan keberanian di banding kakaknya Ala Al Din. Sungguhpun demikian orkhan memberikan kekuasaan untuk mengatur dan mengwasi persoalan dalam negri kpada kakaknya. Dalam penaklukan ke kota terakhir milik  bizantium, di asia kecil dapat di kuasai seperti azmir (1327 M), Thawasynli (1330 M), Uskandar (1338 M),Ankara (1354 M) dan Gallipoli (1356 M).
2.1.2 Social keagamaan dan peradaban
            Dinasti Usmani semenjak terbentuknya telah mengikut sertakan ulama yang di pandang mempunyai derajat tinggi, mereka sangat di segani karena merupakan pimpinan mereka masyarakat turki dengan demikian di golongkan berdasarkan agama,bahkan bahkan kerajaan sangat terikat oleh syari’at sehingga fatwa ulama menjadi hukum yang harus di taati. Dinasti umani sangat konsisten terhadap agama, sejumlah madzhab hokum dan tarekat di kendalikan oleh Negara. Hal ini di lakukan dengan memperluas djukungan terhadap elite ulama dan sufi dan mengantarkan pada pengorganisasian sistim pendidikan madrasah, mendatangkan ulama dari iran dan mesir, dan mendirikan perguruan tinggi di Istanbul. Dibentuknya instansi pendidikan dengan mengangkat instansi islam,”Qadi Mufti”. Namun pengembangan dan pehatian mereka terhadap agama hanya terbatas pada madzhab sunni. Hal ini berakibat pada tidak berkembangya ilmu keagamaan kecuali hanya memberikan uraian dan penjelasan karya klasik semadzhab. Kaum Sufi  tersebut juga sangat penting bagi Negara Karena perannya sangat baesar bagi masyarakat pedalaman, mereka juga telah dapat berperang , melindungi kaum pelancong, menengahi perselisihan dan menciptakan tatanan social di pedalaman , bahkan juga ikut mengambil bagian dalam proses konvrensi.
2.1.3        Kemunduran dan Kehancuran Kerajaan Turki Usmani
Secara garis besar kemunduran Usmani mulai terasa sejak pemerintahan Sultan Salim II yang menggantikan Sultan Sulaiman Al Qanuni pada 1566-1574 M.Di lihat dari faktor-faktor yang menyebabkan keruntuhan Kerajaan Turki Usmani yang secara perlahan selama tiga abad dapat dilihat melalui beberapa faktor.Diantaranya melemahnya semangat Yenisari sehingga menyebabkan berbagai wilayah lepas dari kekuasaan Turki Usmani, hal ini sudah mulai menunjukkan tanda-tandanya yaitu saat kekuasaan Salim II, dimana ia menderita kekalahan dari serangan pasukan gabungan armada Spanyol, bandulia, dan armada sri paus di tahun 1663 M. Pasukan Usmani juga mengalami kekalahan dalam pertempuran di Hungaria di tahun 1676 M. Pada 1669 M, Turki Usmani mengalami kekalahan di Mohakez sehingga terpaksa menandatangani perjanjian Karlowitz yang isinya kerajaan Usmani harus menyerahkan seluruh wilayah hungaria dan pada 1770 M pasukan Rusia mengalahkan pasukan Usmani di asia kecil.Luasnya wilayah dan buruknya sistem pemerintahan pasca sulaiman Al qanuni juga membuat hilangnya keadilan, dan merajalelanya korupsi dikalangan istana. Heterogenitas penduduk menyebabkan kurangnya semangat persatuan. Terlebih Usmani merupakan kerajaan ayng coraknya militer. Padahal militerisme diakui sangat sulit untuk membentuk suatu persatuan.Sangat disayangkan pula bila kehidupan istana jauh dari nilai-nilai keislaman, justru sikap bermegah-megahan dan istimewa serta memboroskan uang terjadi pula di kerajaan turki Usmani. Hal ini setidaknya terjadi akibat pengaruh kehidupan barat yang masuk ke istana. Terlebih pemborosan harta ini terjadi saat perekonomian mulai mengalami kemerosotan yang sangta tajam, apalagi untuk pembiayaan angkatan perang yang diharapkan mampu meraih ghanimah malah mengalami kekalahan yang berturut-turut.Kemuduran di kalangan istana ini, diambil kesempatan oleh wilayah-wilayah turki dalam upaya memerdekakan diri. Terlebih setelah munculnya semangat nasionalisme. Bangsa-bangsa yang tunduk pada usmani, mulai menyadari akan kelemahan kerajaan tersebut. Maka walaupun kerajaan usmani memperlakukan mereka sebaik mungkin, namun dalam benak mereka tetap saja bila Usmani adalah penjajah yang datang menyerbu dan menguasai wilayah mereka. Dimulailah usaha untuk melepaskan diri dari pemerintahan Usmani, di Mesir misalnya, Yenisari justru bekerjasama dengan dinasti mamalik dan akhirnya berhasil merebut kembali wilayah mesir pada 1772 M hingga kedatangan Napoleon pada !789 M. Lalu ada gerakan wahabisme di tanah arab yang dipelopori oleh Muhammad bin Abdul wahab yang bekerjasama dengan keluarga Saud, dan akhirnya berhasil memukul mundur kekuasaan turki dengan bantuan tetara Inggris dari jazirah Arab. Keluarga saud sendiri memproklamirkan sebagai penguasa arab maka wilayah jazirah arab selanjutnya dinamakan Saudi Arabia.Kemajuan teknologi barat juga tidak bisa dilepaskan sebagai salah satu faktor penentu kehancuran wilayah turki usmani, dimana sistem kemiliteran bangsa barat selangkah lebih maju dibandingkan dengan kerajaan turki usmani. Oleh karena itu saat terjadi kontak senjata maupun peperangan yang terjadi belakangan, tentara turki selalu mengalami kekalahan. Terlebih Turki Usmani sangat tidak mendorong berkembangnya ilmu pengetahuan, maka otomatis peralatan perangnya pun semakin ketinggalan jaman. Saat Turki Usmani mulai berbenah, sudah terlambat karena wilayahnya sedikit demi sedikit mulai menyusut karena melepaskan diri dan sulit untuk menyatukannya kembali.Akhirnya pada 1924, Kemal Attaturk memaksa Sultan Hamid II untuk menyerahkan kekuasaan Turki Usmani setelah kemal melakukan gerakan pembaharuan melalui Turki Muda nya, dan penyerahan kekuasaan ini menjadikan Turki Usmani telah berakhir riwayatnya dan kemudian digantikan oelh Republik Turki yang sekuler.Kehancuran Kerajaan Turki Usmani ini, membuat bangsa-bangsa eropa semakin mudah menguasai dan menjajah wilayah-wilayah ynag dulu diduduki oleh Usmani yang mayoritas muslim. Maka sejak itulah umat islam berada dalam situasi dijajah oleh bangsa non muslim. Sungguh ironis karena ini lebih baik oleh bangsa turki karena bagaimanapun juga Turki Usmani adalah muslim.
 Factor-Faktor yang mendorong kemunduran dan kejatuhan dinasti Usmani antara lain :
1.  Kemerosotan kapasitas penguasa dan pejabat-pejabat Negara pusat. Setelah sulaiman al qonuni para sultan usmani tidak memiliki ketajaman pengelihatan terhadap realitas  dunia politik dibalik intrik harem maka berkuasalah sultan yang tidak cakap dan berakibat turunnya otoritas secara drastis.sejumlah sultan akhirnya melepaskan diri berbagai urusn Negara. Disamping itu pangeran muda juga terbelenggu pada harem yang mengnhalangi keterbatasan dalam jabatan militer dan administrative, mmenghilangkan pangeran dan kegiatan pendidikan, sedang jannisari sebagai pasukan elit usmani telah kehilangan kedisiplinan dan loyalitasnya pada Negara akibat pembentukan militer kaum budak dan merosotnya ekonomi karena tidak ada ekspansi yang menghilangkan harta rampasan[6]
2. Terbentuknya system desentralisasi kekuasaan Karen terhentinya ekspansi. Akibatnya institusi kenegaraan kehilangan loyalitas administrative dan militer,timbilnya pemberontakan dan keerosotan ekonomi berakhir dengan kekalahan militer.
3. Bangkitnya kekuatan Eropa, sejak awal abad 16 Usmani telah bersaing dengan portugis memperebutkan kekuasaan jalur perdagangan dari samudra hindia, kemudian di susul belanda dan inggris.
4. Pemberontakan-pemberontakan internal, mulai dari Makkah, Wahabiyah, Druze dan pemberontakan di Wilayah pusat kekuasaan telah memperlemah kekuatan militer dan politik.  

2.2 DINASTI SAFAWI
Dinasti safawi (907-1148 H/1501-1736 M) didirikan oleh ismail ibn haider di wilayah Persia. Penamaan dinasti ini dengan dinasti safawi karena kelahiran dinasti ini berawal dari gerakan tarekat syafawiyah. Gerakan tarekat syafawiyah didirikan oleh safi al din ishak al Ardabily (1252-1334 M) yang berpusat, di Ardabil Azerbaijan. Ia merupakan murid dari seorang mursyid terikat di kota jilan dekat kaspia, syeikh taj al din Ibrahim zahidi (1218-1301 M) yang kemudian di ambil menantu dan kemudian menggantikan kedudukannya. Mengenai aal usul safi al din ada dua riwayat yakni ia keturunan musa al kazim, imam ketujuh syiah imamiah dan ia asli keturunan penduduk asli iran dari Kurdistan dan seorang sunni bermadzhab syafi’i[4]. Setelah  kematian shaf al din, kedudukannya diganti oleh anaknya, Sadr Al Din Musa (1334-1399 M) dan di teuskan kepemimpinan terikat diteruskan oleh anaknya bernama Ibrahim.
Perjalanan terikat Safawiah menuju terbentuknya dinasti Safawi dapat di bedakan menjadi dua fase. Pertama : sebagai gerakan terikat murni. Pada fase ini ada dua kecenderungan yang berkembang dalam terikat tersebut yakni; Sunni saat di pimpin oleh Shafi al Din, dan Sadr al Din. Syiah, terjadi setelah wafatnya Sadr al Din pada masa khawaja Ali, sikap syiahnya sangat toleran, tapi pada masa Ibrahim ia bersikap ekstrim pada syiah itsna Asyariah. Kedua; sebagai gerakan politik, terjadinya pada masa junaid ibnu Ibrahim (1447-1460). Beralihnya sikap gerakan ini kepada gerakan politik karena gerakan ini mendapat dukungan luas dari masyarakat Persia  yang sudah terpengaruh oleh ajaran terikat syafawiah. Terpengaruhnya masyarakat Persia pada terikat ini antara lain Karena, banyaknya orang Persia yang mencari ketenangan hidup dengan memilih jalan hidup tasawuf, sebab bosan dengan suasana hidup yang penuh dengan peperanngan dan perebutan kekuasaan, seperti  hulagu yang mendirikan dinasti ilkhan di Persia, penghancuran timur lenk terhadap dinasti Muzaffariyah di pesia selatan (1393 M),dananak cucu Timur lenk saling berebut kekuasaan.
2.2.1 Politik pemerintahan
            Dinasti safawi dinasti agama karena lebih di landasi oleh praktk syiah itsna Ayariyah. Sebagaimana dinasti yang muncul pada masa disintegrasi, seperti fatimiah yang Syii, Ayyubiyah yang sunni. Dengan gagasan ideologi Syiah yang menjadi perekat konsolidasi, nasionalisme safawi dalam waktu sepuluh tahun mampu menguasai wilayah-wilayah yang nantinya pada nasa modern menjadi wilayah Negara iran. Kekuasaan safawi meliputi seluruh Persia dan bagian timur bulan Kaspia (1505) sekedar tapal batas Diyar Bakr (1508) barat daya Persia, (1509) sirwan (1510) Khurasan. Tapi kemenangan dan kemampuan ismail membendung kekuasaan safawi yang Syii ini telah melalaikannya karena rasa superioritas dan fanatisme. Dalam kenyataan superioritas tersebut tidak bias membenu serangan usmaniah. Dia berhasil di taklukan oleh sultan salim I(turki usmani) dalam suatu pertempuran besar yang terjadi pada 23 Agustus 1514 M di Chaldiran ,dekat Tibris.
.2.2.2  Aspek peradaban
            Tanah persia dikenal merupakan tanah subur untuk pengembangan pertanian dan wilayah Asia minor yang dikenal dunia sebagai bulan sabit subur besar kontribusinya dalam meningkatkan ekonomi bangsa Persia, wilayah itu pada masa Abbas I telah menjadi wilayah Safawi. Dengan pencapaian ekonomi, daerah Safawi dapat mengembangkam peradabannya.
            Di bidang pembangunan fisik, kerajaan safawi telah menciptakan Isfahan ibukota kerajaan, menjadi kota yang sangat indah. Menurut catatan Lapidus[5] di ibukota Isfahan di bangun lebih dari 162 Masjid dan yang terkenal adalah Masjid Shah (1611 M) serta Masjid Shaykh Lutf Allah (1603 M)  juga pada masa Abbas I telah di bangun 48 perguruan tinggi, 1821 buah losmen dan 273 pemandian umum ,182 pusat peragangan. Kesemuanya itu dibangun pada masa Abbas I dan(di sempurnakan ) penggantinya, Abbas II (1642-1666).
           
2.2.3 Kemunduran dan Kehancuran Dinasti Safawi
Banyak faktor yang mewarnai kemunduran kerajaan safawi, diantaranya dari perebutan kekuasaan dikalangan keluarga kerajaan. Diakui bahwa Syah-syah yang menggantikan Abbas I sangat lemah.Safi Mirza merupakan pemimpin yang lemah dan kelemahan ini dilengkapinya oleh kekejaman yang luar biasa terhadap pembesar-pembesar kerajaan karena sifatnya yang pecemburu. Pada masa pemerintahan Mirza inilah kota Qandahar lepas dari penguasaan Safawi karena direbut oleh kerajaan Mughal yang pada saat itu dipimpin oleh Syah Jehan. Baghdad sendiri direbut oleh Kerajaan Usmani.Abaas II konon seorang raja pemabuk, akan tetapi di tangannya kota Qandahar bisa direbut kembali. Kebiasaan mabuk inilah yang menamatkan riwayatnya. Demikian halnya dengan sulaiman, ia seorang pemabuk dan selalu bertindak kejam terhadap pembesar istana yang dicurigainya. Selama tujuh tahun ia tak pernah memerintah kerajaan.Diyakini, konflik dengan turki Usmani adalah sebab pertama yang menjadikan Safawi mengalami kemunduran. Terlebih Turki Usmani merupakan kerajaan yang lebih kuat dan besar daripada Safawi. Hakikatnya ketegangan ini disebabkan oleh konflik Sunni-Syi’ah.Syah Husain adalah raja yang alim akan tetapi kealiman Husain adalah suatu kefanatikan tehadap Syi’ah. Karena dia lah ulama syi’ah berani memaksakan pendiriannya terhadap golongan sunni. Inilah yang menyebabkan timbulnya kemarahan golongan sunni di afganistan. Dan pemberontakan inilah yang mengakhiri kisah kerajaan safawi.Pemberontakan bangsa afgan dimulai pada 1709 M di bawah pimpinan Mir Vays yang berhasil merebut wilayah Qandahar. Lalu disusul oleh pemberontakan suku Ardabil di Herat yang berhasil menduduki Mashad.Mir Vays digantikan oleh Mir Mahmud sebagai penguasa Qandahar. Di bawahnyalah, keberhasilan menyatukan suku afgan dengan suku ardabil. Dengan kekuatan yang semakin besar, Mahmud semakin terdorong untuk memperluas wilayah kekuasaannya dengan merebut wilayah afgan dari tangan safawi. Bahkan ia melakukan penyerangan terhadap Persia untuk menguasai wilayah tersebut.Penyerangan demi penyerangan ini memaksa Husain untuk mengakui kekuasaan Mahmud. Oleh Husain, Mahmud diangkat menajdi gubernur di Qandahar dengan gelar husain Quli Khan yang berarti Budak Husain. Dengan pengakuan ini semakin mudah bagi Mahmud untuk menjalankan siasatnya. Pada 1721 M ia berhasil merebut Kirman. Lalu menyerang Isfahan, mengepung ibu kota safawi itu selama enam bulan dan memaksa Husain menyerah tanpa syarat. Pada 12 oktober 1722 M Syah Husain menyerah dan 25 oktober menjadi hari pertama Mahmud memasuki kota Isfahan dengan kemenangan.Tak menerima semua ini, Tahmasp II yang merupakan salah seorang putra Husain dengan dukungan penuh suku Qazar dari rusia, memproklamirkan diri sebagai penguasa Persia dengan ibu kota di Astarabad. Pada 1726 M, Tahmasp bekerja sama dengan Nadir khan dari suku afshar untuk memerangi dan mengusir bangsa afgan yang menduduki Isfahan.Asyraf sebagai pengganti Mir Mahmud berhasil dikalahkan pada 1729 M, bahkan Asyraf terbunuh dalam pertempuran tersebut. Dengan kematian Asyraf, maka dinasti Safawi berkuasa lagi.Pada Agustus 1732 M, Tahmasp II dipecat oleh Nadir Khan dan digantikan oleh Abbas III yang merupakan putra Tahmasp II, padahal usianya masih sangat muda. Ternyata ini adalah strategi politik Nadir Khan karena pada tanggal 8 maret 1736, dia menyatakan dirinya sebagai penguasa persia dari abbas III. Maka berakhirlah kekuasaan dinasti Safawi di Persia.Kehancuran safawi juga dikarenakan lemahnya pasukan Ghulam yang diandalkan oleh safawi pasca penggantian tentara Qizilbash. Hal ini karena pasukan Ghulam tidak dilatih secara penuh dalam memahami seni militer. Sementara sisa-sisa pasukan qizilbash tidak memiliki mental yang kuat dibandingkan dengan para pendahulu mereka. Sehingga membuat pertahanan militer Safawi sangat lemah dan mudah diserang oleh lawan.Demikianlah dinamika kekhalifahan Safawi di Persia. Sistem Syi’ah ini, diakui atau tidak, walau safawi telah hancur, masih memiliki sisa-sisanya. Yang paling jelas tentulah dalam pemerintahan Republik Islam Iran dewasa ini. Meskipun tidak secara penuh diadopsi, tapi inti dari yang dulu oleh Safawi rumuskan dan dilembagakan tetap menjadi dasar yang tidak dapat dinafikan begitu saja.

2.3  DINASTI MUGHAL INDIA
Kerajaan Mughal bukanlah kerajaan Islam pertama di anak benua India. Awal kekuasaan Islam di wilayah India terjadi pada masa Khalifah al-walid, dari dinasti Bani Umayyah. Penaklukan wilayah ini dilakukan oleh tentara Bani umayyah di bawah pimpinan Muhammad ibn Qosim. Pada fase desintegrasi dinasti Ghaznawi mengembangkan kekuasaannya di India di bawah pimpinan Sultan mahmud dan pada tahun 1020 M, ia berhasil menaklukkan hampir semua kerajaan Hindu di wilayah ini, sekaligus mengislamkan sebagian masyarakatnya. Setelah dinasti Ghaznawi hancur, muncul dinasti-dinasti kecil seperti Mamluk (1206-1290 M), Khalji (1296-1316 M), Tuglug (1320-1412 M) dan dinasti-dinasti lain.
Kerajaan Mughal di India dengan Delhi sebagai ibu kota, didirikan oleh Zahiruddin Babur (1482-1530 M), salah satu dari cucu Timur Lenk. Ayahnya bernama Umar Mirza, penguasa Ferghana. Babur mewarisi daerah Ferghana dari orang tuanya ketika ia masih berusia 11 tahun. Ia berambisi dan bertekad akan menaklukkan Samarkand yang menjadi kota penting di Asia Tengah pada masa itu. Pada mulanya ia mengalami kekalahan tetapi karena mendapat bantuan dari Raja Syafawi, Ismail I, akhirnay ia berhasil manaklukkan Samarkand tahun 1494 M. Pada tahun 1504 M ia menduduki Kabul, ibukota Afghanistan.
Setelah Kabul dapat ditaklukkan, Babur meneruskan ekspansinya ke India. Kala itu Ibrahim Lodi, penguasa India, dilanda krisis sehingga stabilitas pemerintahan menjadi kacau. Alam Khan, paman dari Ibrahim Lodi, bersama-sama Daulat Khan, Gubernur Lahore, mengirim utusan ke Kabul, meminta bantuan Babur untuk menjatuhkan pemerintahan Ibrahim di Delhi. Permohonan itu langsung diterimanya. Pada tahun 1512 M, Babur berhasil menguasai Punjab denagn ibukotanya Lahore. Setelah itu, ia memimpin tentaranya menuju delhi. Pada tanggal 21 April 1526 M terjadilah pertempuran yang dahsyat di Panipat. Ibrahim beserta ribuan tentaranya terbunuh dalam pertempuran itu. Babur memasuki kota Delhi sebagai pemenang dan menegakkan pemerintahannya di sana. Dengan demikian, berdirilah Kerajaan Mughal di India.
Setelah karajaan Mughal berdiri, raja-raja Hindu di seluruh India menyusun angkatan perang yang besar untuk menyerang Babur. Namun, pasukan Hindu ini dapat dikalahkan Babur. Sementara itu, di Afghanistan masih ada golongan yang setia kepada keluarga Lodi. Mereka mengangkat adik kandung Ibrahim Lodi, Mahmud, menjadi Sultan. Tetapi Sultan Mahmud Lodi dengan mudah dikalahkan Babur dalam pertempuran dekat Gogra tahun 1529 . Pada tahun 1530 M Babur meninggal dunia dalam usia 48 tahun setelah memerintah selama 30 tahun, dengan meninggalkan kejayaan-kejayaan yang cemerlang. Pemerintahan selanjutnya dipegang oleh anaknya humayyun.
Humayyun, putera sulung Babur, dalam melaksanakan pemerintahan banyak menghadapi tantangan. Sepanjang masa kekuasaannya selama sembilan tahun (1530-1539 M) negara tidak pernah aman. Ia senantiasa berperang melawan musuh. Di antara tantangan yang muncul ialah pemberontakan Bahadur Syah, penguasa Gujarat yang memisahkan diri dari Delhi. Pemberontakan ini dapat dipadamkan. Bahadur Shah melarikan diri dan Gujarat dapat dikuasai. Pada tahun 1540 M terjadi pertempuran dengan Sher Khan di Kanauj. Dalam pertempuran ini Humayyun mengalami kekalahan.
Ia terpaksa melarikan diri ke Kandahar dan selanjutnya ke Persia. Di persia ia menyusun kembali tentaranya. Kemudian dari sini ia menyerang musuh-musuhnya dengan bantuan raja Persia, Tahmasp. Humayyun dapat mengalahkan Sher Khan Shah setelah hampir 15 tahun berkelana meninggalkan Delhi. Ia kembali ke India dan menduduki tahta kerajaan Mughal pada tahun 1555 M. Setahun setelah itu (1556 M) ia meninggal dunia karena terjatuh dari tangga perpustakaannya, Din Panah.
Humayyun digantikan oleh anaknya, akbar, yang berusia 14 tahun. Karena ia masih muda, maka urusan kerajaan diserahkan kepada Bairam Khan, seorang Syi’i. Pada masa akbar inilah kerajaan Mughal mencapai masa keemasannya. Di awal pemerintahannya, Akbar menghadapi pemberontakan sisa-sisa keturunan Sher Khan Shah yang masih berkuasa di Punjab. Pemberontakan yang mengancam kekuasaan Akbar adalah itu berusaha memasuki kota Delhi. Bairam khan menyambut kedatangan pasukan tersebut sehingga terjadilah peperangan yang dahsyat, yang disebut Panipat II pada tahun 1556 M. Himu dapat dikalahkan. Ia ditangkap, kemudian dieksekusi. Dengan demikian, Agara dan Gwalior dapat dikuasai penuh.
Setelah Akbar dewasa ia berusaha menyingkirkan Bairam Khan yang sudah mempunyai pengaruh sangat kuat dan terlampau memaksakan kepentingan aliran Syi’ah. Bairam khan memberontak, tetapi dapat dikalahkan oleh Akbar di Julllandur tahun 1561 M. Setelah persoalan-persoalan dalam negeri dapat diatasi, Akbar mulai menyusun program ekspansi. Ia berhasil menguasai  Chundar, Ghond, Chitor, Ranthabar, Kalinjar, Gujarat, Surat, Bihar, Benal, Kashmir, Orissa, Deccan, Gawigarh, Narhala, Ahmadnagar, dan Asirgah. Wilayah yang sangat luas itu diperintah dalam suatu pemerintahan militeristik.
Dalam pemerintahan militeristik tersebut, Sultan adalah penguasa diktator; pemerintahan daerah dipegang oleh seorang sipah salar (kepala komandan), sedang sub-distrik dipegang oleh faujdar  (komandan), Jabatan-jabatan sipil juga diberi jenjang kepangkatan yang bercorak kemiliteran. Pejabat-pejabat itu memang diharuskan mengikuti latihan kemiliteran. Akbar juga menerapkan apa yang dinamakan dengan politik sulakhul (toleransi universal). Dengan politik ini, semua rakyat India dipandang sama. Mereka tidak dibedakan karena perbedaan etnis dan agama.
Kemajuan yang dicapai Akbar masih dapat dipertahankan oleh tiga sultan berikutnya. Tiga sultan penerus Akbar ini memang terhitung raja-raja yang besar dan kuat. Orang-orang Moghul berhasil terus memerintah sampai 1739. Setelah itu, kemajuan kerajaan Mughal tidak dapat dipertahankan oleh raja-raja berikutnya. Terjadi rekonsiliasi selama abad 18 antara Hindu dan Muslim di istana. Mereka belajar untuk saling memahami bahasa masing-masing dan membaca serta menerjemahkan buku-buku dari Eropa bersama-sama. Tapi para pemimpin Sikh dan Hindu dari daerah pegunungan masih menentang pemerintahan ini, dan di kawasan barat laut suku-suku Afghan yang menurunkan Kerajaan Safawiah di Iran tidak berhasil membangun sebuah imperium Muslim yang baru di India. Muslim India mulai merasa tidak nyaman dengan posisi mereka, dan masalah mereka memunculkan banyak kesulitan dan perdebatan berkelanjutan yang menyita perhatian Muslim selama periode modern.
Sekarang mereka merasa bahwa mereka adalah minoritas yang terhimpit di sebuah daerah yang bukan kawasan pinggiran, seperti jantung imperium Ottoman Anatolia, melainkan salah satu dari kebudayaan inti dunia yang berperadaban. Mereka tidak hanya melawan Hindu dan Sikh, tapi orang Inggris juga membangun sebuah perdagangan yang kuat di benua kecil tersebut, yang jadi semakin politis. Untuk kali pertamanya, Muslim menghadapi prospek untuk diatur oleh orang-orang yang tidak setia, dan mengingat pentingnya ummah dalam ketaatan Islam , ini jelas mengganggu. Ini bukan sekedar masalah politik, tapi menyentuh celah terdalam dari diri mereka. Ketidakyakinan yang baru akan terus memberikan  ciri kehidupan Muslim di India.
Kemantapan stabilitas politik karena sistem pemerintahan yang diterapkan Akbar membawa kemajuan dalam bidang-bidang yang lain. Dalam bidang ekonomi, kerajaan Mughal dapat mengembangkan program pertanian, pertambangan dan perdagangan. Akan tetapi, sumber keuangan negara lebih banyak bertumpu pada sektor pertanian. Di sektor pertanian ini, komunikasi antara pemerintah dan petani diatur dengan baik pengaturan itu didasarkan atas lahan pertanian. Deh merupakan unit lahan pertanian terkecil. Beberapa deh tergabung dalam pargana (desa). Komunitas petani dipimpin oleh seorang mukaddam. Melalui para mukaddam itulah pemerintah berhubungan dengan petani. Kerajaan berhak atas sepertiga dari hasil pertanian di negeri itu. Hasil pertanian kerajaan Mughal yang terpenting ketika itu adalah biji-bijian, padi, kacang, tebu, sayur-sayuran, rempah-rampah, tembakau, kapas, nila, dan bahan-bahan celupan.
Di samping untuk kebutuhan dalam negeri,hasil pertanian itu diekspor keEropa, Afrika, Arabia, dan Asia Tenggara bersaman dengan hasil kerajinan, seperti pakaian tenun dan kain tipis bahn gordyn yang banyak diproduksi di Gujarat dan Bengal. Untuk meningkatkan produksi,Jehangir mengizinkan Inggris (1611 M) dan Belanda (1617 M) mendirikan pabrik pengolahan hasil pertanian di Surat.
Bersamaan dengan majunya bidang ekonomi, bidang seni dan budaya juga berkembang. Karya seni yang menonjol adalah karya satera gubahan penyair istana, baik yang berbahasa Persia maupun berbahasa India. Penyair India yang terkenal adalah Malik Muhammad Jayazi, seorang sasterawan sufi yang menghasilkan karya besar berjudul Padmavat, sebuah karya alegoris yang mengandung pesan kebajikan jiwa manusia.  Pada masa Aurang zeb, muncul seorang sejarawan bernama Abu Fadl dengan karyanya Akhbar Nama dan Aini Akhbari, yang memaparkan sejarah kerajaan Mughal berdasarkan figur pemimpinnya.
Karya seni yang masih dapat dinikmati sekarang dan merupakan karya seni terbesar yang dicapai kerajaan Mughal adalah karya-karya arsitektur yang indah dan mengagumkan. Pada masa Akbar dibangun istana Fatpur Sikri di Sikri, villa dan mesjid-mesjid yang indah. Pada masa Syah Jehan dibangun mesjid berlapiskan mutiara dan Taj Mahal di Agra,Mesjid Raya Delhi dan istana indah di Lahore.
Kemunduran dan Kehancuran Dinasti Mughal di India
Sepeninggalan Aurangzeb pada 1707 M, kesultanan mughal mulai menunjukkan tanda-tanda kemunduran karena generasi pemimpin selanjutanya sangat lemah.Tercatat sultan-sultan pasca Aurangzeb adalah sebagai berikut:1. Bahadur Syah I (1707-1712 M)2. Azimusyah (1712-1713 M)3. Farukh siyar (1713-1719 M)4. Muhammad syah (1719-1748 M)5. Ahmad Syah (1748-1754 M)6. Alamghir II (1754-1759 M)7. Syah Alam (1761-1806 M)8. Akbar (1806-1837 M).9. Bahadur Syah II (1837-1858 M)Kemunduran ini ditandai dengan konflik dikalangan keluarga kerajaan, yang intinya adalah saling berebut kekuasaan. Keturunan Babur hampir semuanya memiliki watak yang keras dan ambisius, sebagaimana nenek moyang mereka yaitu Timur Lenk yang juga memiliki sifat demikian.Ketika Jehangir menggantikan Abbas I, mendapat tentangan dari saudaranya, Khusraw yang juga ingin tampil sebagai penguasa Mughal. Lalu saat Syah Jihan menggantikan Jehangir, giliran ibu tiri beliau yang menentang karena ingin anaknya yaitu Khurram , menggantikan Jehangir. Begitu pun saat Syah Jihan mulai mendekati ajalnya, anak-anak Syah Jihan diantaranya Aurangzeb, Dara siqah, Shujah, dan Murad Bakhs saling berebut kekuasaan hingga menyebabkan perang saudara yang berkepanjangan.Faktor lainnya yang sangat berpengaruh adalah serangan dari kerajaan atau kekuatan luar. Serangan ini mulanya dilakukan oleh kerajaan Safawi di persia yang memperebutkan wilayah Qandahar. Pada 1622 m, daerah ini berhasil dikuasai oleh Safawi. Pada 1739 M, Nadir Syah dari Safawi menyerbu Mughal dengan alasan bahwa Mughal tidak mau menerima duta bangsa yang dikirim olehnya. Lalu disusul ketegangan dengan Afganistan pada masa pemerintahan Muhammad Syah, kerajaan Mughal mendapat serangan dari suku afgan yang dipimpin oleh Ahmad Syah. Pada 1748 ahmad Syah berhasil menguasai Lahore.Pemberontakan Hindu juga turut memperkeruh suasana. Hindu yang merupakan mayoritas di sana, tidak senang menjadi warga kelas dua dibandingkan islam yang menjadi warga kelas satu padahal jumlahnya minoritas. Hal ini menimbulkan banyak sekali pemberontakan yang membuat repot kerajaan Mughal terlebih disaat yang hampir bersamaan muncul pula tekanan dari Inggris.Keruntuhan Mughal juga dipengaruhi oleh faktor ekonomi, dimana kemunduran politik negeri ini sangat menguntungkan bangsa-bangsa barat untuk menguasai jalur perdagangan . Persaingan diantara mereka akhirnya dimenangi oleh Inggris yang kemudian untuk memperkuat pengaruhnya, mendirikan EIC (East India Company). Dengan mendatangkan pasukan kerajaan inggris untuk mengamankan dan mestabilkan wilayahnya. Menyadari kekuatan Mughal semakin menurun, maka Syah Alam membuat perjanjian dengan Inggris, dimana ia menyerahkan Oudh, Bengal dan Orisa kepada inggris. Monopoli Inggris yang sangat otoriter dan cenderung keras, membuat rakyat Mughal yang muslim maupun Hindu, bersama-sama mengadakan pemberontakan. Akan tetapi dapat dikalahkan walaupun dalam serangan itu, pasukan Hindu yang memulainya, akan tetapi Inggris melihat umat islam dan Bahadur Syah II, ikut campur dalam penyerangan itu. Maka sebagai hukumannya, inggris memporak-porandakan wilayah Mughal dengan kekuatan senjatanya yang selangkah lebih maju dibandingkan pasukan Mughal dan Hindu. Masjid dan Candi menjadi sasaran penghancuran. Bahdaur sendiri di usir dari istana pada 1858 M, maka sejak saat itu berakhirlah kekuasaan kerajaan Mughal di India dan digantikan oleh imperialisme Inggris.














BAB III
PENUTUP

            Tiga kerajaan Islam penting diciptakan pada akhir abad 15 dan awal abad 16: Kerajaan Usmani di Turki, Kerajaan Mughal di India, dan Kerajaan Safawi di Persia. Tiga Kerajaan penting tersebut tampak lebih memusatkan pandangan mereka pada tradisi demokratis Islam, dan membangun imperium absolute. Hampir setiap segi kehidupan umum dijalankan dengan ketepatan sistematis dan birokratis dan berbagai kerajaan mengembangkan sebuah administrasi yang rumit. Ketiga kerajaan besar ini seperti membangkitkan kembali kejayaan Islam setelah runtuhnya Bani Abbasiyah. Namun, kemajuan yang dicapai pada masa tiga kerajaan besar ni berbeda dengan kemajuan yang dicapai pada masa klasik Islam.
Kemajuan pada masa klasik jauh lebih kompleks. Di bidang intelektual, kemajuan di zaman klasik. Dalam bidang ilmu keagamaan, umat Islam sudah mulai bertaklid kepada imam-imam besar yang lahir pada masa klasik Islam. Kalau pun ada mujtahid, maka ijtihad yang dilakukan adalah ijtihad fi al-mazhab, yaitu ijtihad yang masih berada dalam batas-batas mazhab tertentu. Tidak lagi ijtihad mutlak, hasil pemikiran bebas yang mandiri. Filsafat dianggap bid’ah. Kalau pada masa klasik, umat Islam maju dalam bidang politik, peradaban, dan kebudayaan, seperti dalam bidang ilmu pengetahuan dan pemikiran filsafat, pada masa tiga kerajaan besar kemajuan dalam bidang filsafat — kecuali sedikit berkembang di kerajaan Safawi Persia — dan ilmu pengetahuan umum tidak didapatkan lagi. Kemajuan yang dapat dibanggakan pada masa ini hanya dalam bidang politik, kemiliteran, dan kesenian, terutama arsitektur.












Daftar Pustaka




[1]  Taufiqurrahman,Sejarah Politik Masyarakat Islam,surabaya:pustaka islamika 2003,hal .225
[2]  Lebih jelas lewat lapedus.Sejarah Sosial Umat Islam jakarta rajawali 468-269
[3] Ahmad Syalabi, Sejarah dan Kebudayaan Islam:Imperium Turki Usmani,(Jakarta: Kalam Mulia, 1988), hlm. 2.
[4]  Lihat Ensiklopedia Islam IV, 1993,194

[5]  Ira M lapidus,453

Tidak ada komentar:

Posting Komentar