Rabu, 20 Februari 2013

MUSEUM SANGIRAN

BAB I
Pendahuluan
1.1 Latar Belakang
Indonesia banyak memilik kekayaan alam, dan bermacam-macam budaya. Oleh karena itu tidaklah heran jika terdapat banyak sekali tempat-tempat yang bias dikunjungi untuk dinikmati pemandangan alamnya, kebudayaannya yang dapat juga disebut sebagai objek wisata. Dengan kata lain Indonesia memiliki potensi besar dalam bidang pariwisata.
Namun banyak dari objek wisata itu kini diabaikan. Baik perawatan, perlindungan dan hal-hal penting lainnya. Hal itu menyebabkan kerugian yang besar bagi Negara kita sendiri. Pemerintah yang mulai menyadari, kini lebih menggalakkan kemajuan dan kelestarian dari objek-objek tersebut. Dan dewasa ini kita dapat melihat perkembangan pariwisata di negara kita yang cukup memuaskan.
Pemerintahpun berusaha untuk memaksimalkan pendayagunaan daerah-daerah pariwisatayang tentunya dapat menmbah devisa negara kita. Dan diharapkan sektor-sektor pariwisata ini dapat memperlihatkan kecantikan alam dan budaya Indonesia di mata rakyatnya sendiri serta di mata dunia Internasional.
Museum Sangiran adalah salah satu museum purbakala yang ada di Indonesia, di museum ini terdapat banyak sisa-sisa peninggalan purbakala seperti tulang, kerang, tanah dan lain-lain. Para wisatawan yang dataing pun beragam mulai dari wisatawan local atau domestik, pelajar, mahasiswa, arkeolog, bahkan wisatawan mancanegara datang ke museum ini sekedar untuk melihat koleksi yang ada bahkan mengamati dan menelitinya.
1.2 Perumusan Masalah
Museum Sangiran merupakan salah satu peninggaln budaya yang banyak dikunjungi oleh para wisatawan. Mereka sangat mengagumi peninggalan-peninggalan purbakala di Museum Sangiran. Museum Sangiran merupakan tempat wisata yang sangat menarik untuk dikunjungi. Oleh karena itu, kami akan menjabarkan secara singkat tentang tempat-tempat tersebut.
1.3 Tujuan Karya Tulis
Penulisan karya tulis sebagai langkah lanjut setelah pelaksanaan Studi Lapangan Yogyakarta, mempunyai tujan sebagai berikut:
a. Mengenal objek-objek wisata budaya di Indonesia khususnya di museum Sangiran.
b. Menambah wawasan dan cakrawala pandang tentang daerah tersebut.
c. Mempertebal jiwa dan semangat cinta tanah air.
d. Mengetahui kebudayaan daerah tersebut.
e. Mengetahui daerah tersebut.
1.4 Metode Pengumpulan Data
Metode yang digunakan dalam pengumpulan data-data sebagai bahan karya tulis:
1. Metode Observasi
Metode ini digunakan saat berada di objek-objek wisata tersebut. Perolehan data-data dari peninjauan dan pengamatan kemudian hasilnya dicatat.
2. Metode Wawancara
Pengumpulan data dengan cara ini didapat dari hasil wawancara atau Tanya jawab dengan pemandu wisata atau orang yang dianggap mampu memberikan penjelasan.
3. Metode Internet
Metode yang digunakan adalh dengan mencari sumber-sumber maupun keterangan-keterangan yang terdapat di internet.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Museum Sangiran
Situs Sangiran merupakan tempat yang tepat untuk melakukan perjalanan kembali ke masa pra sejarah. Banyak hal yang bisa dipelajari di situs ini, antara lain tentang kehidupan di masa lalu dan tentang misteri evolusi makhluk hidup yang sangat menarik untuk diungkap.
Terletak di desa Krikilan, Kec. Kalijambe ( + 40 km dari Sragen atau + 17 km dari Solo). Sangiran adalah sebuah situs arkeologi di Jawa, Indonesia. Area ini memiliki luas 48 km² dan terletak di Jawa Tengah, 15 kilometer sebelah utara Surakarta di lembah Sungai Bengawan Solo dan terletak di kaki gunung Lawu. Secara administratif Sangiran terletak di kabupaten Sragen dan kabupaten Karanganyar di Jawa Tengah. Pada tahun 1977 Sangiran ditetapkan oleh Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Indonesia sebagai cagar budaya. Pada tahun 1996 situs ini terdaftar dalam Situs Warisan Dunia UNESCO. Dalam sidangnya yang ke 20 Komisi Warisan Budaya Dunia di Kota Marida, Mexico tanggal 5 Desember 1996, Sangiran Ditetapkan sebagai salahsatu Warisan Budaya Dunia “World Haritage List” Nomor : 593.
Tahun 1934 antropolog Gustav Heinrich Ralph von Koenigswald memulai penelitian di area tersebut. Pada tahun-tahun berikutnya, hasil penggalian menemukan fosil dari nenek moyang manusia pertama, Pithecanthropus erectus ("Manusia Jawa"). Ada sekitar 60 lebih fosil lainnya di antaranya fosil Meganthropus palaeojavanicus telah ditemukan di situs tersebut.
Hingga saat ini Sangiran Dome menyimpan puluhan ribu fosil dari jaan pleistocen (+2 juta tahun lalu). Fosil-fosil purba ini merupakan 65 % fosil hominid purba di Indonesia dan 50 % di seluruh dunia. Hingga saat ini telah ditemukan lebih dari 13.685 fosil 2.931 fosil ada di Museum, sisanya disimpan di gudang penyimpanan.
Sebagai World Heritage List (Warisan Budaya Dunia). Museum ini memiliki fasilitas-fasilitas diantaranya ruang pameran (fosil manusia, binatang purba), laboratorium, gudang fosil, ruang slide dan kios-kios souvenir khas Sangiran.
Selain itu di museum Sangiran yang terletak di wilayah ini juga dipaparkan sejarah manusia purba sejak sekitar 2 juta tahun yang lalu hingga 200.000 tahun yang lalu, yaitu dari kala Pliosen akhir hingga akhir Pleistosen tengah. Di museum ini terdapat 13.086 koleksi fosil manusia purba dan merupakan situs manusia purba berdiri tegak yang terlengkap di Asia. Selain itu juga dapat ditemukan fosil hewan bertulang belakang, fosil binatang air, batuan, fosil tumbuhan laut serta alat-alat batu.
keistimewaan Sangiran, berdasarkan penelitian para ahli Geologi dulu pada masa purba merupakan hamparan lautan. Akibat proses geologi dan akibat bencana alam letusan Gunung Lawu, Gunung Merapi, dan Gunung Merbabu, Sangiran menjadi Daratan. Hal tersebut dibuktikan dengan lapisan-lapisan tanah pembentuk wilayah Sangiran yang sangat berbeda dengan lapisan tanah di tempat lain. Tiap-tiap lapisan tanah tersebut ditemukan fosil-fosil menurut jenis dan jamannya. Misalnya, Fosil Binatang Laut banyak diketemukan di Lapisan tanah paling bawah, yang dulu merupakan lautan.
Pada awalnya penelitian Sangiran adalah sebuah kubah yang dinamakan Kubah Sangiran. Puncak kubah ini kemudian terbuka melalui proses erosi sehingga membentuk depresi. Pada depresi itulah dapat ditemukan lapisan tanah yang mengandung informasi tentang kehidupan di masa lampau.
Dome Sangiran” atau Kawasan Sangiran yang memiliki luas wilayah sepanjang bentangan dari utara – selatan sepanjang 9 km. Barat –Timur sepanjang 7 km. Masuk dalam empat kecamatan atau sekitar 59,3 Km2. Temuan Fosil di “Dome Sangiran” di kumpulkan dan disimpan di Museum Sangiran. Temuan Fosil di Sangiran untuk jenis Hominid Purba (diduga sebagai asal evolusi Manusia) ada 50 (Limapuluh) Jenis/Individu. Untuk Fosil-fosil yang diketemukan di Kawasan Sangiran merupakan 50 % dari temuan fosil di Dunia
Koleksi Museum Sangiran
1. Fosil manusia, antara lain Australopithecus africanus , Pithecanthropus mojokertensis (Pithecantropus robustus ), Meganthropus palaeojavanicus , Pithecanthropus erectus , Homo soloensis , Homo neanderthal Eropa, Homo neanderthal Asia, dan Homo sapiens .

2. Fosil binatang bertulang belakang, antara lain Elephas namadicus (gajah), Stegodon trigonocephalus (gajah), Mastodon sp (gajah), Bubalus palaeokarabau (kerbau), Felis palaeojavanica (harimau), Sus sp (babi), Rhinocerus sondaicus (badak), Bovidae (sapi, banteng), dan Cervus sp (rusa dan domba).

3. Fosil binatang air, antara lain Crocodillus sp (buaya), ikan dan kepiting, gigi ikan hiu, Hippopotamus sp (kuda nil), Mollusca (kelas Pelecypoda dan Gastropoda ), Chelonia sp (kura-kura), dan foraminifera .

4. Batu-batuan , antara lain Meteorit/Taktit, Kalesdon, Diatome, Agate, Ametis.

5. Alat-alat batu, antara lain serpih dan bilah, serut dan gurdi, kapak persegi, bola batu dan kapak perimbas-penetaan


Bagi ilmuwan yang bergerak dibidang Geologi, anthropologi dan arkeologi Sangiran sangat menarik untuk wisata ilmu pengetahuan. Banyak ahli Geologi, anthropologi dan arkeologi datang ke situs ini untuk melakukan riset dan belajar, diantaranya: Van Es (1939), Duyfyes (1936), Van Bemmelen (1937), Van Koeningswald (1938), Sartono (1960), Suradi (1962) dan Otto Sudarmaji (1976). Van Koeningswald menemukan paling tidak ada lima fosil manusia purba yang berbeda – beda jenisnya yang ditemukan di Sangiran, dan ini sangat mengagumkan.
Tidak ada tempat lain di dunia ini yang kekayaan fosilnya menyamai apalagi melebihi Sangiran. Fosil-fosil yang ditemukan di Sangiran sangat beragam, ada fosil mahluk hidup dari daratan, maupun fosil mahluk hidup dari lautan. Dari hasil temuan ini, ada kemungkinan bahwa pulau Jawa terangkat dari dasar laut jutaan tahun yang lalu.
Pada tahun 1891, Eugene Dubois, ahli antropologi dari Perancis menemukan fosil Pithecanthropus Erectus, manusia purba tertua dari Jawa. Kemudian di tahun 1930 dan 1931, di desa Ngandong, Trinil-Mojokerto, ditemukan juga fosil-fosil manusia purba yang berasal dari jaman Pleistocene. Penemuan-penemuan ini mengungkap sejarah manusia yang hidup berabad-abad yang lalu.
Prof. Dr. Van Koenigswald di tahun 1936 menemukan lebih banyak lagi bukti-bukti yang mendukung teori evolusi manusia. Fosil-fosil yang ditemukannya mendukung teori yang menyatakan bahwa manusia berevolusi dari manusia kera menjadi manusia seperti bentuk saat ini.
Fosil lain yang ditemukan di Sangiran, seperti fosil mammoth (gajah dari jaman pra sejarah) saat ini disimpan di Museum Geologi Bandung. Pada pertengahan tahun 1980 an, penemuan mammoth utuh setinggi 4 meter mengejutkan dunia ilmu pengetahuan.
Saat ini, penduduk desa disekitar Sangiran banyak yang menjadi pengrajin souvenir dari batu yang dibentuk menyerupai kapak, telur, cincin dan bentuk-bentuk patung lain untuk menarik wisatawan.
Karena kekayaan jenis fosil yang dikandungnya, bumi Sangiran telah ditetapkan UNESCO sebagai salah satu warisan budaya dunia
Akomodasi
Untuk dapat masuk ke sana, setiap orang hanya dikenakan biaya tiket Rp 1.500. Tetapi jika dibandingkan dengan hasil yang akan diperoleh, biaya tiket yang dikeluarkan tidak akan ada artinya. Karena, di museum itu pengunjung bisa melihat dari dekat 13.086 koleksi fosil manusia purba, binatang yang hidup pada masa itu, hingga peralatan yang digunakannya.


Cara Menuju Sangiran
Dengan Pesawat
Dari Bandara Adi Sumarmo (Solo), ambil jalan darat menuju ke Museum Sangiran.
Jalan Darat
• Dari Solo > Kalijambe > Sangiran ( ± 20 km ke arah utara)
• Dari Semarang > Purwodadi > Kalijambe Sangiran
• Dari Surabaya > Sragen > Kalijambe Sangiran
• Dari Yogyakarta > Solo > Kalijambe Sangiran

BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
a. Melalui kegiatan karya wisata, siswa dapat menumbuhkan wawasan dan cakrawala    pandang melalui objek wisata yang dituju.
b. Mengenal dan mengetahui objek wisata di wilayah Nusantara.
c. Mempertebal jiwa dan semangat cinta tanah air.
3.2 Pesan dan Kesan
Bagi kami putra dan putri Indonesia memiliki cagar budaya seperti museum sangiran merupakan suatu anugrah yang sangatlah berharga. Kami sangat bersyukur atas karunia tersebut.
1. Pesan
Museum Sangiran merupakan salah satu cagar budaya yang kita miliki, maka hendaknya kita menjaga dan melestarikannya. Agar senantiasa terjaga keasliannya dan menjadi aset pariwisata yang memiliki daya tarik yang kuat bagi masyarakat Indonesia pada khususya.
2. Kesan                
Mengetahui kebudayaan zaman dahulu yang sangat beragam dan menarik untuk diketahui lebih dalam.
3.3 Saran
a. Sebaiknya tempat-tempat wisata tersebut lebih dikembangkan sarana dan prasarananya. Agar lebih menimbulkan daya tarik bagi para pengunjung.
b. Memperbanyak tempat-tempat wisata yang dapat dikunjungi.
c. Sebaiknya lebih ada pengaturan waktu.
Daftar Pustaka
www.google.co.id
cjvin0.blogspot.com/../karya-tulis-museum-sangiran.html


Tidak ada komentar:

Posting Komentar